JAKARTA. Rhenald Kasali, Guru besar Universitas Indonesia menyatakan tidak setuju dengan pandangan beberapa ekonom yang menyatakan penurunan pertumbuhan ekonomi Indonesia disebabkan turunnya daya beli masyarakat. Menurutnya, tidak ada pelemahan daya beli masyarakat, kini masyarakat justru mengalami perpindahan (shifting) dari ekonomi konvensional menjadi online atau yang biasa dikenal kini sebagai e-commerce. "Ada shifting dari kalangan menengah ke atas karena disruptive economy dari konvensional ke serba online. Perubahan ini bukan mengakibatkan tumbuhnya infrastruktur baru, tetapi pemerataan ekonomi di masyarakat," ujarnya ketika dihubungi KONTAN via telepon pada Jumat (28/7). Ia mencontohkan, penjualan batik Trusmi dari Cirebon yang tidak memiliki lapak di Tanah Abang, tetapi membuka lapak online. Ketika dicek olehnya pada Jumat pagi tadi, batik Trusmi justru memiliki pertumbuhan sebesar 20% di semester I. "Beda dengan yang saya tanyakan pada yang punya lapak di Tanah Abang justru mereka turun sekitar 20%. Banyak yang mengatakan cemas dan takut jatuh karena ini," katanya. Selain itu, dari sektor barang elektronik seperti di Electronic City justru sepi. Sebaliknya dari Harco Glodok yang membuka lapak online justru ramai pembeli. Rhenald menyatakan banyak pedagang beras di Kalimantan kini lebih banyak yang membeli beras dan minyak goreng lewat Tokopedia dari Surabaya, Lombok, Makasar dan daerah lain.
Ini penjelasan lengkap Rhenald soal daya beli lesu
JAKARTA. Rhenald Kasali, Guru besar Universitas Indonesia menyatakan tidak setuju dengan pandangan beberapa ekonom yang menyatakan penurunan pertumbuhan ekonomi Indonesia disebabkan turunnya daya beli masyarakat. Menurutnya, tidak ada pelemahan daya beli masyarakat, kini masyarakat justru mengalami perpindahan (shifting) dari ekonomi konvensional menjadi online atau yang biasa dikenal kini sebagai e-commerce. "Ada shifting dari kalangan menengah ke atas karena disruptive economy dari konvensional ke serba online. Perubahan ini bukan mengakibatkan tumbuhnya infrastruktur baru, tetapi pemerataan ekonomi di masyarakat," ujarnya ketika dihubungi KONTAN via telepon pada Jumat (28/7). Ia mencontohkan, penjualan batik Trusmi dari Cirebon yang tidak memiliki lapak di Tanah Abang, tetapi membuka lapak online. Ketika dicek olehnya pada Jumat pagi tadi, batik Trusmi justru memiliki pertumbuhan sebesar 20% di semester I. "Beda dengan yang saya tanyakan pada yang punya lapak di Tanah Abang justru mereka turun sekitar 20%. Banyak yang mengatakan cemas dan takut jatuh karena ini," katanya. Selain itu, dari sektor barang elektronik seperti di Electronic City justru sepi. Sebaliknya dari Harco Glodok yang membuka lapak online justru ramai pembeli. Rhenald menyatakan banyak pedagang beras di Kalimantan kini lebih banyak yang membeli beras dan minyak goreng lewat Tokopedia dari Surabaya, Lombok, Makasar dan daerah lain.