KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten yang bergerak di bidang logistik, PT Telefast Indonesia Tbk (
TFAS) mencatat kinerja operasional yang meyakinkan pada paruh pertama tahun ini. Buktinya, hingga akhir Juni lalu, perusahaan telah memiliki lebih dari 6.000 titik drop point paket dengan jumlah paket pengiriman capai 896.368. Lonjakan kenaikan pun makin terasa pada kuartal II-2021. “Terdapat lonjakan kinerja operasional bila dibandingkan kuartal I-2021, yang hanya memiliki lebih dari 3.000 titik drop point paket dengan jumlah pengiriman sebanyak 16.631 paket terkirim,” kata Jody Hedrian, Direktur Utama Telefast Indonesia melalui virtual via zoom, Selasa (27/7).
Lebih lanjut Jody menjelaskan, peningkatan kinerja operasional perusahaan terjadi karena berbagai inovasi-inovasi baru yang dilakukan perusahaan. Salah satunya adalah kerjasama dengan partner logistik yang berada di Indonesia. Asal tahu saja, pada Februari 2021, perusahaan melakukan kerjasama dengan Third Party Logistics (3PL) sebagai
aggregator. TFAS juga mengembangkan Telefast Digital Nusantara (TDN) sebagai teknologi digital untuk persiapan penguatan distribusi logistik.
Baca Juga: Telefast Indonesia (TFAS) dukung percepatan distribusi obat Covid-19 Strategi lain yang dilakukan perusahaan adalah dengan melakukan kerjasama Onstar express pada bulan Maret 2021 lalu. Selanjutnya di bulan April, Telefast Indonesia melakukan kerjasama dengan Clodeo. Dan di Juni, perusahaan menggandeng Energi Selalu Baru (ESB). “Dikarenakan kami semakin besar dan kuat dalam menjalankan bisnis ini, untuk memperluas kinerja perusahaan terdapat kerjasama dengan beberapa mitra antara lain Sicepat, Alfamart dan Fastpay sebagai drop point TFAS,” jelas Jody. Walau berhasil kerek kinerja operasional, namun terdapat sejumlah tantangan dalam bisnis juga harus dilalui perusahaan.
Pertama, pandemi Covid-19 yang melonjak dan menjadi tantangan serius bagi pemulihan ekonomi dan akhirnya mempengaruhi bisnis perusahaan serta mitranya.
Kedua, pandemi Covid-19 telah secara permanen mengubah cara orang mengonsumsi produk dan layanan, di mana pelaku bisnis harus memikirkan kembali model bisnisnya.
Ketiga, pembatasan sosial berskala besar mengganggu kelangsungan bisnis, dimana memperlambat tingkat eksekusi inisiatif baru. Walau sempat menjadi batu sandungan bagi bisnis Telefast Indonesia, tetapi hal itu ternyata juga bisa menjadi kesempatan. Jody bilang, bahwa bisnis dipaksa untuk beralih ke digital dan bekerja sama dengan berbagai pemain digital seperti TFAS untuk memulai transisi bisnis ke dalam perekonomian baru.
TFAS Chart by TradingView
Pandemi Covid-19 juga memberikan kesempatan bagi Telefast Indonesia untuk memberikan dampak sosial melalui penawaran solusi teknologi. “Selain itu, pasar lebih bersedia untuk mencoba produk dan layanan baru mengingat pandemi Covid-19 telah membuat mereka kehilangan akses ke perekonomian tradisional,” pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari