Ini penyebab cadangan devisa November turun



JAKARTA. Cadangan devisa Indonesia pada akhir November 2014 tercatat turun US$ 900 juta. Jika akhir Oktober 2014 cadangan devisa pada posisi US$ 112,0 miliar, posisi pada akhir November turun menjadi US$ 111,1 miliar.
 
Ekonom Samuel Asset Manajamen Lana Soelistianingsih berpendapat, salah satu penurunan ini adalah rupiah yang melemah lumayan signifikan sepanjang  November. Catatan Lana, rata-rata nilai tukar rupiah terhadap dollar dolar Amerika Serikat (AS) pada Oktober adalah Rp 12.146 per USD. Pada bulan November rata-rata rupiah menjadi US$ 12.166. Artinya, rupiah mengalami pelemahan kurang lebih 0,2% pada November.
 
Penyebab lainnya adalah pembayaran utang yang biasanya banyak terjadi pada akhir triwulan dan kemungkinan defisit pada neraca dagang November 2014. "Ada kebutuhan impor yang tinggi menjelang akhir tahun sehingga persediaan valuta asing menipis. Ini yang menyebabkan cadangan devisa menurun," terang Lana ketika dihubungi KONTAN, Jumat (5/12). 
 
Sementara itu aliran modal masuk mencapai US$ 1 miliar. Dana asing di instrumen saham minus, alias capital outflow US$ 65 juta. Namun di obligasi tercatat dana masuk Rp 22 triliun atau sekitar US$ 1,75 miliar. 
 
Di sisi lain, Ekonom Standard Chartered Eric Sugandhi menilai, menurunnya posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir November lebih disebabkan intervensi Bank Indonesia (BI) untuk menstabilkan nilai tukar rupiah.
 
Ke depan, Eric memperkirakan cadangan devisa hingga akhir tahun akan berada pada posisi US$ 112 miliar-US$ 113 miliar. Artinya, masih ada potensi cadangan devisa untuk naik tipis pada bulan Desember. Hal ini disebabkan kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) secara keseluruhan membaik dan defisit transaksi berjalan mengempis.
 
Minat investor masuk ke Indonesia masih cukup tinggi dan akan menopang cadangan devisa untuk bergerak naik meskipun terbatas. Untuk rupiah, Eric memperkirakan hingga akhir tahun nilai tukar mata uang garuda berada pada kisaran Rp 12.200 per USD. "Ini karena ada faktor persepsi pasar mengenai kondisi ekonomi global," tandas dia. 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Tedy Gumilar