KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) mencetak kinerja yang kurang memuaskan selama tiga bulan pertama 2024. Emiten petrokimia milik konglomerat Prajogo Pangestu ini berbalik menanggung rugi bersih senilai US$ 33,12 juta. Sebagai gambaran saja, jika dikonversi memakai asumsi kurs saat ini Rp 16.260 per dolar Amerika Serikat, kerugian TPIA itu setara dengan Rp 538,64 miliar. Dibandingkan dengan kuartal I-2023, TPIA kala itu mampu membukukan laba periode berjalan yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$ 8,57 juta. Penurunan bottom line ini sejalan dengan penyusutan top line, yang mana TPIA mengantongi pendapatan US$ 471,91 juta pada kuartal I-2024. Menyusut 6,05% dibandingkan pendapatan US$ 502,31 juta yang didapat TPIA pada kuartal I-2023.
Pada saat yang sama, beban pokok pendapatan TPIA meningkat 0,52% secara tahunan (Year on Year/YoY) menjadi US$ 471,40 juta. Hasil ini menekan laba kotor TPIA yang anjlok 98,44% (YoY) dari US$ 33,35 juta menjadi hanya US$ 520.000. Baca Juga: Chandra Asri (TPIA) Gandeng Jasa Tirta II untuk Penuhi Kebutuhan Pabrik CA-EDC Anak usaha PT Barito Pacific Tbk (BRPT) ini pun membukukan rugi periode berjalan senilai US$ 32,62 juta. Berbalik dari kuartal I-2023 yang kala itu mencatatkan laba periode berjalan sebesar US$ 8,53 juta. Direktur Chandra Asri Pacific, Suryandi, menjelaskan bahwa penurunan pendapatan bersih TPIA dipengaruhi oleh gangguan supply-demand eksternal yang menyebabkan penurunan volume penjualan pada kuartal I-2024. Volume penjualan TPIA tercatat sebesar 394.5 kilo ton, turun sebesar 69.8 kilo ton dibandingkan capaian kaurtal I-2023. Suryandi bilang, faktor eksternal ini memberikan tekanan signifikan terhadap permintaan pasar. Adapun, pendapatan bersih TPIA hingga Maret 2024 didapat dari segmen kimia US$ 447,3 juta dan segmen infrastruktur US$ 24,7 juta. Pendapatan dari segmen kimiua turun 9,2%, sedangkan segmen infrastruktur melonjak 158,9% secara tahunan. Pada periode yang sama, peningkatan beban pokok pendapatan TPIA pada kuartal I-2024 terutama disebabkan oleh harga bahan baku rata-rata yang lebih tinggi yaitu Naphtha. Rata-rata harganya sebesar US$ 682 per ton, dibandingkan US$ 651 per ton pada kuartal I-2023. Meski begitu, Suryandi mengatakan bahwa per 31 Maret 2024 Chandra Asri Group memiliki liquidity pool yang kuat. Total liquidity pool sebesar US$ 2,38 miliar yang terdiri dari kas dan setara kas US$ 1.03 miliar, surat berharga senilai US$ 1.12 miliar, dan fasilitas committed revolving credit yang tersedia sejumlah US$ 226 juta. Chandra Asri Group juga mencatatkan EBITDA positif US$ 1,1 juta pada kuartal I-2024. "Selama kuartal pertama tahun 2024, kami berhasil menyeimbangkan pertumbuhan bisnis dengan pengelolaan lingkungan, tanggung jawab sosial, dan praktik tata kelola yang kuat," kata Suryandi dalam keterbukaan informasi, Selasa (30/4) malam.
TPIA Chart by TradingView