JAKARTA. Indonesian National Shipowners Association (INSA) mendorong pengembangan industri galangan kapal nasional untuk mendukung peningkatan konektivitas domestik yang saat ini masih menghadapi beberapa hambatan. Wakil Ketua Umum II INSA Darmadi mengatakan, sektor pelayaran nasional masih mengalami beberapa hambatan saat menggunakan jasa galangan kapal dalam negeri. Hambatan itu seperti harga produksi galangan kapal dalam negeri yang lebih tinggi 10% sampai 30% dari produk asing atau impor dan waktu produksi relatif lebih lama.
"Hal ini dikarenakan minimnya dukungan industri komponen dan penunjang lainnya," ujar Darmadi, Selasa (8/11). Hambatan lainnya, pembiayaan pembangunan kapal di galangan domestik relatif sulit diperoleh dari lembaga keuangan dalam negeri, suku bunga relatif lebih tinggi dibandingkan dengan suku bunga perbankan atau lembaga pembiayaan di luar negeri. Selain itu, industri penunjang atau komponen belum bertumbuh sehingga 60 % sampai 70 % dari komponen kapal masih impor. "
Space atau kapasitas terpasang galangan kapal dalam negeri untuk reparasi kapal juga masih terbatas dan belum mampu mencukupi kebutuhan bagi kapal-kapal dalam negeri, terutama kapal-kapal dengan ukuran besar," katanya. Menurutnya, sejak dikeluarkannya Inpres No 5/2005 tentang Pemberdayan Industri Pelayaran Nasional, sepatutnya industri galangan nasional terdampak positif dari aturan tersebut. Inpres tersebut mengamanatkan tumbuh kembangnya industri perkapalan termasuk industri pelayaran rakyat, baik usaha besar, menengah maupun usaha kecil serta koperasi. Dengan cara, mengembangkan pusat-pusat desain, penelitian dan pengembangan industri kapal mengembangkan industri bahan baku dan komponen kapal, mengembangkan standarisasi komponen kapal. Hal ini dilakukan karena industri galangan merupakan satu dari puluhan industri yang terkait langsung dengan industri pelayaran. "Selain itu memberikan insentif kepada perusahaan pelayaran yang membangun atau mereparasi kapal di dalam negeri atau yang melakukan pengadaan kapal di luar negeri dengan menerapkan skim imbal produksi. Dengan itu, INSA sebagai pengguna jasa galangan kapal nasional ikut turut membangun kapal di dalam negeri," pungkasnya. Potensi Sementara itu, berdasarkan data Kemenperin, saat ini ada 250 galangan kapal di Indonesia. Sekitar 70 galangan kapal berada di Batam yang memang menjadi lokasi favorit lantaran kedekatan geografis dengan Singapura.
Sedangkan potensi Indonesia untuk menjadi pemain utama di industri perkapalan global masih cukup besar. Mengingat saat ini pangsa pasar Indonesia hanya sekitar 0,3%, di bawah Filipina 2,6% dan Vietnam 1,1%. Sementara tiga pemain utama industri perkapalan adalah Tiongkok 41%, Korea Selatan 33%, dan Jepang 18%. (Aprillia Ika) Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Hendra Gunawan