JAKARTA. Kinerja PT Indosat Tbk (ISAT) memerah. Tahun lalu, emiten halo-halo ini harus menelan kerugian hingga Rp 2,78 triliun. Tahun sebelumnya, ISAT masih bisa meraih untung Rp 375,1 miliar. Bayu Hanantasena, Kepala Grup Hubungan Investor dan Sekretaris Korporasi ISAT, menyebutkan, di tahun lalu, sebenarnya pendapatan ISAT tumbuh 6,4% dari Rp 22,4 triliun menjadi Rp 23,85 triliun. Ini karena kontribusi pendapatan seluler yang naik 4,8% menjadi Rp 19,37 triliun. Sedangkan, pendapatan non-seluler meningkat 14% menjadi Rp 4,48 triliun. Jumlah pelanggan seluler ISAT pun juga bertambah 1,9% menjadi 59,6 juta pelanggan dari sebelumnya 58,5 juta pelanggan. Begitu juga dengan average revenue per unit (ARPU) yang meningkat 1,8% menjadi Rp 27.600. Sementara, penggunaan pulsa pelanggan per menit juga naik 4,6% menjadi Rp 133 dari sebelumnya Rp 127 per menit.
Meski pendapatan naik, beban yang harus ditanggung ISAT justru meningkat 16,2% menjadi sekitar Rp 22,34 triliun. Akibatnya, laba operasional ISAT merosot 52,7% menjadi Rp 1,51 triliun. "Ini karena ada one off cost di kuartal IV 2013, seperti restrukturisasi pegawai dan pembayaran biaya frekuensi tahunan," jelas Alexander Rusli, Direktur Utama ISAT kepada KONTAN, kemarin. Tak hanya itu yang membuat laba bersih ISAT tergerus. Beban lain-lain ISAT melonjak 77,5% menjadi Rp 4,84 triliun dan menambah beban emiten ini. Akibatnya, laba bersih sebelum pajak, depresiasi dan amortisasi (EBITDA) ISAT turun 1,6% menjadi sekitar Rp 10,37 triliun. Selain itu, ISAT juga harus menelan pil pahit akibat melemahnya rupiah. Kerugian selisih kurs ISAT mencapai Rp 2,78 triliun atau naik 274,3%. Di sisi lain, utang ISAT bertambah 8,8% dari Rp 21,98 triliun menjadi Rp 23,93 triliun. Ini lantaran pendanaan belanja modal alias capital expenditure (capex) ISAT meningkat tajam 67% menjadi Rp 9,67 triliun di tahun lalu.