KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Kabelindo Murni Tbk (
KBLM) mencatatkan kinerja positif di kuartal I-2022. Selain sukses mengerek penjualan, Kabelindo Murni juga berhasil membalikkan kerugian yang dicatat di tahun sebelumnya menjadi laba bersih di tiga bulan pertama tahun ini. Melansir laporan keuangan Kabelindo Murni pada kuartal I 2022, penjualan neto perusahaan melonjak 57,31% yoy dari Rp 300,97 miliar di kuartal I-2021 menjadi Rp 473,45 miliar di akhir Maret 2022. Segmen kabel listrik memberikan kontribusi paling besar hingga Rp 469,46 miliar atau melesat 56,94% yoy dari Rp 299,11 miliar di kuartal I-2021. Sisanya penjualan dari segmen kabel telekomunikasi senilai Rp 3,99 miliar.
Direktur Kabelindo Murni Petrus Nugroho Dwisantoso mengatakan, di awal tahun 2022 permintaan pasar swasta yang menopang volume penjualan perusahaan. Tercatat di laporan keuangannya, pada periode Januari-Maret 2022, terjadi transaksi penjualan yang melebihi 10% pada beberapa pihak. Pertama, kepada PT Modasukma Sukses Makmur dengan kontribusi penjualan hingga 26,07% dari penjualan bersih senilai Rp 123,41 miliar.
Baca Juga: Kuartal I-2022, Penjualan Kabelindo Murni (KBLM) Melonjak Hingga 57% Kemudian, ke PT Supreme Cable Manufacturing & Commerce Tbk (21,20%) senilai Rp 100,35 miliar, PT Cakra Lima (20.75%) senilai Rp 98,23 miliar, dan PT Sumberdaya Sinar Baru (12,01%) senilai Rp 56,87 miliar. Penjualan ke Modasukma Sukses Makmur mengalami peningkatan dari sebelumnya Rp 74 miliar di kuartal I-2021 menjadi Rp 123,41 miliar di periode yang sama tahun ini. Sedangkan penjualan ke Supreme Cable Manufacturing & Commerce naik signifikan dari sebelumnya hanya Rp 3,36 miliar di kuartal I 2021 menjadi Rp 100,35 miliar. “Selain volume penjualan meningkat, di awal tahun ini harga bahan baku lebih stabil sehingga profit yang dicatatkan lebih baik atau stabil dibandingkan periode yang sama di tahun lalu,” kata Petrus kepada Kontan.co.id, Jumat (13/5). Tak pelak jika KBLM berhasil membukukan laba bersih di kuartal I-2022. Di awal tahun ini, Kabelindo mencatatkan laba periode berjalan senilai Rp 9,50 miliar. Padahal di periode yang sama tahun 2021, masih rugi bersih Rp 6,98 miliar.
Di tahun lalu, Petrus bilang, harga bahan baku yang naik disebabkan karena ketidakstabilan pasokan. Sejatinya, saat ini kebutuhan bahan baku Kabelindo Murni dipasok dari dalam negeri dan luar negeri seperti China, Korea, dan negara lain. Namun, Petrus tidak memerinci berapa tepatnya komposisi pasokan bahan baku antara lokal dan impor. Yang terang, dengan tumbuhnya permintaan kabel di awal tahun ini Petrus optimistis dengan kondisi pasar yang membaik. Kendati sudah mencatatkan kinerja yang lebih baik, manajemen Kabelindo tidak sesumbar. Mereka memilih untuk konservatif dalam memproyeksikan target kinerja tahun ini karena masih terus memantau perkembangan kondisi pasar. Sementara waktu, Kabelindo juga belum menganggarkan belanja modal untuk tahun ini karena utilisasi pabrik belum optimal sehingga masih ada kuantitas kapasitas yang bisa dimaksimalkan dalam memenuhi permintaan saat ini. Selain mencatatkan kenaikan penjualan, di kuartal I-2022, KBLM turut membukukan kenaikan total liabilitas. Dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), Direktur Kabelindo Murni, Veronica Lukman menjelaskan bahwa terjadi kenaikan total liabilitas Perseroan hingga 32,6% dari sebelumnya Rp 283, 75 miliar per 31 Maret 2021 menjadi Rp 376,25 miliar per 31 Maret 2022.
Baca Juga: Simak Strategi Bisnis Sejumlah Emiten Kabel di Tahun 2022 “Hal ini terutama disebabkan oleh kenaikan liabilitas jangka pendek sebesar Rp 91,7 miliar atau 34% dari Rp 266,61 miliar per 31 Maret 2021 menjadi Rp 358,32 miliar per Maret 2022,” jelasnya dalam keterangan resmi yang diterima Kontan.co.id, Rabu (27/4). Adapun kenaikan liabilitas jangka pendek utamanya disebabkan karena adanya kenaikan utang usaha sebesar dari Rp 31,72 miliar per 31 Maret 2021 menjadi Rp 153,97 miliar per 31 Maret 2022. Veronica menjelaskan, bahwa perubahan lebih dari 20% pada total liabilitas adalah konsekuensi logis dari meningkatnya penjualan neto hingga 57,31% yoy. “Ini merupakan hal yang wajar dalam aktivitas bisnis Perseroan,” pungkas dia. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari