Ini Penyebab Kerugian Kimia Farma (KAEF) Membengkak Tahun 2023



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan pelat merah di sektor farmasi, PT Kimia Farma Tbk (KAEF) kembali merugi di tahun 2023. 

Melansir laporan keuangan ada laman Bursa Efek Indonesia (BEI) KAEF mencatat  kerugian laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas di sepanjang tahun 2023. Kerugian KAEF di tahun 2023 membengkak menjadi sebesar Rp 1,48 triliun dibandingkan tahun sebelumnya yang tercacat rugi Rp 190,4 miliar.

Sementara, jumlah rugi komprehensif yang diatribusikan kepada pemegang saham berasal dari operasi yang dilanjutkan sepanjang tahun 2024 menjadi Rp 1,47 triliun dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp 121,7 miliar.


Baca Juga: Penjualan Kimia Farma (KAEF) Naik 7,93% Jadi Rp 9,96 Triliun pada 2023

Meski begitu KAEF masih berhasil mencatatkan pertumbuhan penjualan bersih sepanjang 2023. Pada tahuun 2023 penjualan bersih KAEF tercatat sebesar Rp 9,96 triliun atau meingkat 7,93% dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar Rp 9,23 triliun. Namun sayangnya beban pokok penjualan justru turut membengkak 25,83% menjadi Rp 6,86 triliun dari sebelumnya yang sebesar Rp 5,45 triliun. Alhasil laba bruto perseroan turun menjadi Rp 3,10 triliun dari sebelumnya, Rp 3,77 triliun.

Direktur Utama Kimia Farma, David Utama menjelaskan ada beberapa kondisi yang turut mendorong pada penurunan laba KAEF di tahun 2023, meliputi aspek operasional dan nonoperasional. Ia menyebutkan adanya inefisiensi operasional disebabkan oleh kapasitas 10 pabrik yang dimiliki tidak sejalan dengan pemenuhan kebutuhan bisnis Perseroan. 

"Sebagai langkah untuk meningkatkan efisiensi, Perseroan merencanakan akan melakukan optimalisasi fasilitas produksi melalui penataan 10 pabrik menjadi 5 pabrik," jelasnya pada keterbukaan pada lama Bursa Efek Indonesia yang dikutip, Selasa (18/6).

KAEF Chart by TradingView

Selain itu juga harga Pokok Penjualan (HPP) tahun 2023 sebesar Rp 6,86 triliun, naik 25,83% secara tahunan (Year-on-Year/ YoY). Kenaikan HPP sebesar 25,83% masih lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan penjualan yang hanya sebesar 7,93%. David menyebutkan kenaikan HPP berasal dari belum optimalnya portofolio produk sesuai dengan perencanaan awal, dinamika harga bahan baku, dan tren obat untuk kebutuhan terapi yang berbeda dengan sebelumnya.

"Sehingga penjualan menjadi kurang tercapai," ujarnya.

Sementara itu beban keuangan tahun 2023 juga mengalami peningkatan yang signifikan, seiring dengan kebutuhan modal kerja perusahaan dan adanya kenaikan suku bunga. Selain itu David mengungkapkan KAEF juga menemukan dugaan pelanggaran integritas penyediaan data laporan keuangan yang terjadi di anak usaha yaitu PT Kimia Farma Apotek (KFA). Hal ini berpengaruh pada pos pendapatan, HPP, dan beban usaha yang kemudian berkontribusi signifikan terhadap kerugian di tahun 2023.

Meski begitu David melihat dari pertumbuhan pendapatan di tahun 2023 yang hampir mencapai 8%, menurutnya masih menggambarkan fundamental bisnis Kimia Farma yang kuat. 

"Kami pun akan menjalankan restrukturisasi keuangan guna meringankan beban keuangan," tandasnya.   

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Putri Werdiningsih