KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pendapatan mayoritas emiten menara telekomunikasi pada kuartal III-2020 tumbuh lebih rendah dari kuartal sebelumnya. Sementara laba bersih pada triwulan ketiga justru tercatat tumbuh negatif dibanding triwulan kedua yang meningkat tinggi. Kinerja tersebut tercermin dalam laporan keuangan lima emiten menara telekomunikasi sepanjang sembilan bulan pertama 2020. Kontan.co.id membandingkannya dengan laporan keuangan per kuartal I-2020 dan per semester I-2020. Sebagai contoh, pendapatan PT Sarana Menara Nusantara Tbk (
TOWR) pada kuartal II-2020 tumbuh 2,5%
quarter on quarter (qoq), dari Rp 1,82 triliun menjadi Rp 1,87 triliun. Sementara itu, pendapatan kuartal III-2020 TOWR hanya naik 0,3% qoq.
Kemudian, laba bersih TOWR pada kuartal II-2020 melesat 50,7% qoq, dari Rp 518,96 miliar menjadi Rp 782,23 miliar. Sebaliknya, laba bersih TOWR pada kuartal III-2020 justru merosot 22,4% qoq menjadi Rp 607,05 miliar.
Baca Juga: Serapan capex hampir 70%, XL Axiata (EXCL) menambah BTS 4G dan fiberisasi Begitu juga dengan pendapatan PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (
TBIG) yang tercatat naik 4,2% qoq pada kuartal II-2020, lalu tumbuh lebih rendah, yakni 3,4% qoq pada triwulan ketiga 2020. Dari segi
bottom line, laba bersih TBIG meningkat 23,4% qoq pada kuartal II-2020, tetapi terkoreksi 15,9% qoq pada kuartal III-2020. Analis Ciptadana Sekuritas Gani menilai, pertumbuhan pendapatan yang lebih rendah pada triwulan ketiga 2020 disebabkan oleh jumlah penyewaan baru yang lebih sedikit dibanding kuartal sebelumnya. Sebagaimana diketahui, pada April-Mei 2020, pemerintah memberlakukan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) secara ketat sehingga masyarakat harus bersekolah, bekerja, dan beraktivitas dari rumah. Hal ini menimbulkan lonjakan permintaan data internet. Alhasil, operator telekomunikasi berlomba-lomba memperkuat jaringan dan kapasitasnya sehingga meningkatkan penyewaan emiten infrastruktur telekomunikasi. "Kebijakan
work from home (WFH) memang membantu akselerasi tren penggunaan data," tutur Gani saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (9/11). Terlebih lagi, telekomunikasi adalah salah satu sektor yang diizinkan untuk tetap beroperasi di tengah pemberlakuan PSBB. Sementara itu, menurut Gani penurunan laba bersih pada kuartal III-2020 yang diderita TOWR disebabkan oleh adanya kerugian akibat nilai tukar valuta asing. "Kalau TBIG income tax-nya naik sehingga laba bersih tumbuh lebih rendah dari pendapatan," ucap Gani. Meskipun begitu, Gani memperkirakan, prospek bisnis dan saham emiten menara telekomunikasi masih tergolong bagus. Ini sejalan dengan pengembangan jaringan 4G yang masih terus dijalankan oleh operator telekomunikasi di Indonesia.
Baca Juga: Cermati rekomendasi saham tiga emiten telko terbesar, TLKM, EXCL, dan ISAT Menurut dia, masih ada peluang upside pada saham menara meski sebagian besar sudah mencatatkan kenaikan harga sejak awal tahun. Gani merekomendasikan beli TOWR dengan target harga Rp 1.350 per saham dan TBIG Rp 1.800 per saham. Per perdagangan Senin (9/11), TOWR berada di level Rp 1.030 per saham dan TBIG Rp 1.515 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .