JAKARTA. Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia (AEKI) mengatakan permintaan kopi nusantara semakin tinggi, sehingga petani kopi pun dituntut untuk mampu menghasilkan biji kopi yang semakin berkualitas. Namun, ada beberapa hal yang ternyata membuat kualitas kopi nusantara terganggu. Marketing Communication AEKI, Sri Linda mengatakan, permintaan kopi baik domestik maupun ekspor sudah mengarah pada biji kopi grade 1 yang berkualitas. “Sekarang ada titik di mana petani harus pintar dalam memilih bibit, memperhatikan tekstur tanah, cara tanam, hingga petik panen,” ujarnya, Rabu (23/11). Beberapa waktu lalu, Kementerian Koperasi dan UKM sempat mengajak AEKI bersama PT Taman Delta Indonesia untuk memberikan pelatihan kepada petani kopi Bali Kintamani. Linda mengatakan, permasalahan yang kerap dihadapi petani kopi Bali Kintamani adalah ketika pasca panen. Masa petik panen kopi yang ideal, kata dia adalah ketika kopi berwarna merah ceri.
Ini penyebab kualitas biji Kopi Kintamani turun
JAKARTA. Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia (AEKI) mengatakan permintaan kopi nusantara semakin tinggi, sehingga petani kopi pun dituntut untuk mampu menghasilkan biji kopi yang semakin berkualitas. Namun, ada beberapa hal yang ternyata membuat kualitas kopi nusantara terganggu. Marketing Communication AEKI, Sri Linda mengatakan, permintaan kopi baik domestik maupun ekspor sudah mengarah pada biji kopi grade 1 yang berkualitas. “Sekarang ada titik di mana petani harus pintar dalam memilih bibit, memperhatikan tekstur tanah, cara tanam, hingga petik panen,” ujarnya, Rabu (23/11). Beberapa waktu lalu, Kementerian Koperasi dan UKM sempat mengajak AEKI bersama PT Taman Delta Indonesia untuk memberikan pelatihan kepada petani kopi Bali Kintamani. Linda mengatakan, permasalahan yang kerap dihadapi petani kopi Bali Kintamani adalah ketika pasca panen. Masa petik panen kopi yang ideal, kata dia adalah ketika kopi berwarna merah ceri.