Ini Penyebab Laba Adaro Minerals (ADMR) Turun 11,87% per Kuartal III-2023



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Keuntungan PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) menyusut, ketika pendapatan mengalami kenaikan. Emiten milik taipan Garibaldi "Boy" Thohir ini meraup pendapatan usaha senilai US$ 720,62 juta sepanjang sembilan bulan 2023.

Sebagai gambaran, jika dikonversi dengan kurs saat ini senilai Rp 15.896 per dolar AS, pendapatan ADMR setara Rp 11,45 triliun. Dibandingkan dengan capaian per September 2022, pendapatan usaha ADMR meningkat 8,12%, yang kala itu berjumlah US$ 666,48 juta.

Dalam periode yang sama, beban pokok pendapatan ADMR melonjak lebih tinggi sebanyak 35,54% menjadi US$ 341,01 juta. Sehingga, laba bruto ADMR per kuartal III-2023 terpangkas, turun 8,50% secara tahunan menjadi US$ 379,60 juta.


Laba ADMR juga terpangkas sejalan dengan meningkatnya sejumlah pos beban. Seperti beban usaha yang melonjak 83,32% dan biaya keuangan yang naik 43,85% secara tahunan (Year on Year/YoY). Posisi laba periode berjalan ADMR pun menyusut 12,44% (YoY) dari posisi US$ 287,24 juta menjadi US$ 251,49 juta.

Secara bottom line, ADMR meraih laba bersih senilai US$ 250,50 juta hingga September 2023. Sebagai gambaran saja, keuntungan ADMR dalam sembilan bulan 2023 itu setara dengan Rp 3,98 triliun.

Jika dibandingkan dengan capaian tahun lalu, laba bersih ADMR merosot 11,87%. Pada kuartal III-2022 lalu, laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk ADMR senilai US$ 284,26 juta.

Baca Juga: Beban Pokok Membengkak, Laba Adaro Minerals (ADMR) Turun 19% pada Semester I-2023

Presiden Direktur Adaro Minerals Indonesia Christian Ariano Rachmat menerangkan,  pendapatan ADMR tumbuh didorong kenaikan 38% pada volume penjualan yang diofset dengan penurunan 21% pada harga jual rata-rata.

Produk batubara metalurgi ADMR dijual ke berbagai produsen baja di Jepang (33%), China (265), India (20%), Indonesia (14%) dan Korea Selatan (7%).

"Di tengah tantangan lingkungan eksternal, kinerja ini mencerminkan kemampuan perusahaan untuk mencatat pertumbuhan produksi, yang menunjang profitabilitas. Permintaan terhadap produk batubara kokas keras premium tetap tinggi, sehingga kami pun tetap yakin akan dukungan struktural terhadap bisnis perusahaan," terang Christian dalam keterbukaan informasi, Senin (30/10) malam.

Secara operasional, volume produksi ADMR dalam sembilan bulan 2023 naik 55% menjadi 3,98 juta ton, didorong oleh ketersediaan alat berat dan kinerja kontraktor. Volume pengupasan lapisan penutup mencapai 13,81 juta bcm, naik 128%, sehingga nisbah kupas tercatat 3,47 kali dalam sembilan bulan 2023.

Sejalan dengan itu, beban pokok pendapatan ADMR naik 33%, terutama karena kenaikan volume produksi. Sementara itu, royalti kepada Pemerintah naik 2% menjadi US$ 121,2 juta, biaya penambangan naik 95% menjadi US$ 83,4 juta, biaya pengolahan batubara naik 51% menjadi US$ 50,2 juta, serta biaya pengiriman dan penanganan naik 38% menjadi US$ 82,1 juta.

Konsumsi bahan bakar hingga periode September 2023 juga mengalami kenaikan 49%. Sementara biaya bahan bakar per liter tetap stabil secara yoY. Biaya kas batubara per ton sampai dengan kuartal III-2023 naik 13%.

Beban usaha per kuartal III-2023 naik 83% menjadi US$ 48,4 juta, karena kenaikan signifikan pada penyisihan untuk biaya pemerintah. Biaya penjualan dan pemasaran naik 55% menjadi US$ 8,2 juta seiring kenaikan volume penjualan. Biaya karyawan juga naik 86% menjadi US$ 5,7 juta karena peningkatan jumlah karyawan untuk menunjang ekspansi.

 
ADMR Chart by TradingView

“Lebih lanjut, konstruksi smelter aluminium dan fasilitas pendukungnya terus menunjukkan kemajuan yang baik. Proyek ini diharapkan akan rampung pada Kuartal III 2025, yang merupakan peristiwa penting dalam upaya kami untuk mendukung inisiatif hilirisasi Indonesia di kawasan industri hijau di Kaltara,” terang Christian.

Dalam periode sembilan bulan 2023, belanja modal (capex) ADMR mencapai US$ 95,7 juta. Terutama terkait proyek-proyek infrastruktur di PT Maruwai Coal (MC) dan konstruksi smelter aluminium di bawah PT Kalimantan Aluminium Industry (KAI).

Setelah rampung, proyek-proyek peningkatan infrastruktur akan mendukung pencapaian target produksi jangka menengah sebesar 6 juta ton per tahun dan memungkinkan ADMR untuk memenuhi komitmen pengiriman yang dapat diandalkan terhadap pelanggan.

Fase pertama smelter aluminium KAI diperkirakan mencapai tanggal operasi komersial (COD) ahun 2025, yang akan mendiversifikasi bauran pendapatan ADMR.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari