Ini Penyebab Laba Barito Pacific (BRPT) Milik Prajogo Pangestu Turun 25,2%



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Barito Pacific Tbk (BRPT) mengalami penurunan kinerja per kuartal III-2024. Emiten milik konglomerat Prajogo Pangestu ini meraih laba bersih senilai US$ 26,80 juta hingga September 2024, turun 25,22% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (Year on Year/YoY).

Sebagai perbandingan, BRPT membukukan laba bersih periode berjalan yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk senilai US$ 35,84 juta pada periode September 2023. Penurunan bottom line BRPT terseret oleh pelemahan dari sisi pendapatan.

Pendapatan BRPT merosot sedalam 20,85% (YoY) dari sebelumnya US$ 2,11 miliar menjadi US$ 1,67 miliar hingga September 2024. Pendapatan BRPT disumbang dari segmen bisnis petrokimia sebesar US$ 1,23 miliar, energi US$ 441 juta dan lainnya senilai US$ 4 juta.


Pendapatan dari segmen petrokimia turun 25,9%. Segmen energi merosot tipis 0,9%. Sedangkan segmen lainnya relatif stagnan. Sejalan dengan itu, beban pokok pendapatan dan beban langsung BRPT turun 23,66% (YoY) menjadi US$ 1,29 miliar.

Baca Juga: Intip Proyek Ekspansi Prajogo Pangestu Lewat Grup Barito (BRPT) dan Petrindo (CUAN)

Hasil itu membuat BRPT meraup laba kotor sebesar US$ 381,57 juta hingga kuartal III-2024, menurun 9,49% secara tahunan. Meski beban penjualan menyusut, tapi beban umum dan administrasi serta beban keuangan BRPT meningkat dalam periode sembilan bulan 2024.

Pada periode yang sama, BRPT menanggung kerugian kurs mata uang asing sebesar US$ 10,79 juta. Melonjak dari posisi rugi US$ 643.000 per September 2023. Sementara itu, keuntungan lain-lain BRPT naik 14,18% (YoY) menjadi US$ 118,25 juta.

Hasil ini membuat BRPT membukukan laba periode berjalan senilai US$ 60,87 juta sampai dengan kuartal III-2024. Anjlok 37,09% ketimbang capaian US$ 96,77 juta pada periode yang sama tahun lalu.

Direktur Utama Barito Pacific Agus Pangestu mengungkapkan penurunan laba bersih BRPT terutama disebabkan oleh volatilitas yang berkelanjutan di sektor petrokimia, pemeliharaan pada salah satu unit operasi panas bumi, dan pemeliharaan terjadwal di kompleks petrokimia.

Seperti diketahui, lini bisnis petrokimia BRPT dijalankan oleh PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA), sedangkan panas bumi digarap oleh PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN).

Faktor-faktor tersebut turut mempengaruhi kinerja operasional, di mana BRPT mengalami penurunan EBITDA sebanyak 0,9% (YoY) menjadi US$ 426 juta. Meski begitu, Agus menegaskan bahwa Grup Barito telah berhasil menyelesaikan pemeliharaan pada aset petrokimia dan panas bumi.

"Penyelesaian ini tidak hanya menegaskan komitmen kami terhadap keunggulan operasional, tetapi juga memposisikan kami untuk mendukung aktivitas bisnis kami secara efektif di tahun-tahun mendatang," kata Agus dalam keterbukaan informasi, Kamis (31/10).

Dus, Agus menilai hasil kinerja BRPT hingga kuartal III-2024 mencerminkan kombinasi optimisme yang penuh kewaspadaan di tengah tantangan yang berlanjut pada sektor petrokimia global. Walau dihadapkan pada tantangan tersebut, BRPT melalui TPIA tetap melanjutkan strategi ekspansi, terutama melalui akuisisi Shell Chemical and Industrial Park (SECP).

 
BRPT Chart by TradingView

"Langkah ini diharapkan dapat mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia dengan meningkatkan keamanan energi dan menyediakan pasokan produk esensial untuk sektor kimia dan infrastruktur domestik. Dengan menargetkan akuisisi yang strategis dan membangun kemitraan global, kami bertransformasi menjadi kekuatan regional," ujar Agus.

Di sektor energi terbarukan, BRPT melalui BREN akan menambah kapasitas sebesar 104 Megawatt (MW). Langkah ini sejalan dengan target Grup Barito untuk mengoperasikan 1 Gigawatt (GW) kapasitas pembangkit listrik pada tahun 2025.

Agus bilang, profil likuiditas BRPT tetap dalam pada kondisi yang kuat untuk mendukung ekspansi yang sedang berlangsung dan tetap gesit dalam mengejar peluang anorganik. Rasio utang bersih terhadap ekuitas stabil di 0.74x.

"Mencerminkan komitmen manajemen untuk mempertahankan profil keuangan yang sehat seiring menjalankan rencana ekspansi kami," tandas Agus.

Dari sisi pergerakan saham, harga BRPT masih stagnan di level penutupan perdagangan kemarin. Harga BRPT berada di posisi Rp 995 per saham hingga pukul 14:25 WIB perdagangan Jumat (1/11).

Selanjutnya: Ekspor Perdana 120 Unit OMODA 5 ke Vietnam, Cherry Perkuat Pasar Asia Tenggara

Menarik Dibaca: Indofood CBP Luncurkan Produk Baru Indomie Korean Ramyeon Series

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari