Ini Penyebab Laba Bersih Adaro Minerals (ADMR) Tergerus Sepanjang Semester I



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) melaporkan penurunan laba bersih sepanjang semester I-2023. Emiten pertambangan batubara ini membukukan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk  senilai US$ 163,51 juta. Realisasi ini menurun 19,05% dari laba bersih yang dikumpulkan ADMR pada periode yang sama tahun lalu yang mencapai US$ 202,00 juta.

Sejatinya, pendapatan ADMR masih naik 6% di sepanjang enam bulan 2023. ADMR membukukan pendapatan US$ 463,60 juta dari sebelumnya US$ 435,65 pada enam bulan pertama 2022.

ADMR menghasilkan EBITDA operasional senilai US$ 235,1 juta pada paruh pertama 2023, atau turun 18%. Sedangkan margin EBITDA operasional untuk periode ini tercatat 51%.


Baca Juga: Laba Adaro Minerals (ADMR) Menyusut 19% di Semester I-2023

Penurunan harga batubara metalurgi dan kenaikan biaya yang diakibatkan oleh kenaikan volume merupakan faktor utama terhadap penurunan profitabilitas ADMR. Pada semester I-2023, harga jual rata-rata alias average selling price (ASP) batubara ADMR menurun 25% secara year-on-year (YoY).

Kinerja operasional anak usaha PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) tersebut sebenarnya mengalami kenaikan. ADMR mencatatkan penjualan mencapai 1,82 juta ton batubara sepanjang enam bulan pertama 2023. Realisasi ini atau naik 42% dari angka penjualan di periode semester pertama 2022 yang hanya 1,28 juta ton.

Pada semester pertama 2023, Jepang merupakan pasar terbesar bagi ADMR. Setelah Jepang, India merupakan pasar terbesar kedua bagi ADMR dengan total 28% dari penjualan ADMR, disusul penjualan ke China sebesar 20%, Indonesia sebesar 10%, dan Korea sebesar 8%.

Baca Juga: Harga Batubara Melesat, Saham Ikut Terangkat

“Dan perusahaan berencana memperluas basis pelanggan dengan memasuki pasar utama lainnya,” tutur Christian Ariano Rachmat, Presiden Direktur dan CEO Adaro Minerals.

Bersamaan, sejumlah beban ADMR turut mendaki. Beban pokok pendapatan pada periode ini naik 42% menjadi US$ 210,3 juta. Kenaikan ini terutama berkat kenaikan volume produksi dan penjualan.

Royalti yang dibayarkan kepada Pemerintah naik 11% menjadi US$ 81,6 juta dan biaya penambangan naik 77% menjadi US$ 45,7 juta. Biaya pemrosesan batubara naik 69% menjadi US$ 30,9 juta dan biaya pengiriman dan penanganan naik 56% menjadi US$ 53,7 juta.

Baca Juga: Harga Batubara Tengah Menguat, Ini Rekomendasi Saham Jagoan Analis

Biaya bahan bakar per liter naik juga 14% secara tahunan dan biaya tunai batubara per ton pada naik 8% secara tahunan.

Beban usaha yang ditanggung ADMR naik 156% menjadi US$ 36,0 juta karena adanya kenaikan signifikan pada cadangan untuk pembayaran penetapan pemerintah. Biaya penjualan dan pemasaran  juga naik 57% menjadi US$ 5,3 juta, seiring kenaikan volume penjualan. Biaya karyawan naik lebih dua kali lipat menjadi $4,5 juta karena perusahaan sedang menambah tenaga kerja seiring pertumbuhan dan ekspansi bisnis.

Namun, ADMR membukukan keuntungan dari  selisih kurs senilai US$ 1,79 juta dari sebelumnya menanggung kerugian US$ 646.478.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati