Ini penyebab likuiditas valas bank mengetat



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Likuiditas valas perbankan mengetat. Hal ini ditunjukkan dengan rasio LDR valas sebesar 95,9% atau naik 890 bps secara tahunan atau year on year (yoy) dari periode sama sebelumnya 86,99%.

Bank asing mempunyai LDR valas tertinggi disusul bank swasta dan bank BUMN. Anton Gunawan Kepala Ekonom Bank Mandiri mengatakan pengetatan likuiditas valas ini disebabkan karena bank terlambat menaikkan suku bunga valas.

"Sehingga kurang bisa menaik simpanan valas," kata Anton, Kamis (31/8). Dana pihak ketiga (DPK) valas memang tumbuh lebih rendah dibandingkan kredit valas. Hal ini menyebabkan likuiditas valas mengalami kenaikan.


Pertumbuhan DPK valas sampai Juni 2018 5,64% menjadi Rp 783 triliun dari periode sama 2017 Rp 742 triliun. Sedangkan kredit valas tumbuh hampir tiga kali lipat yaitu 16,46% yoy menjadi Rp 751 triliun dari periode sama 2017 Rp 645 triliun.

Ketatnya likuiditas valas ini menurut Anton tidak akan terus berlangsung sampai akhir tahun. Meskipun memang ada risiko terkait suku bunga The Fed yang diproyeksi terus naik sampai akhir tahun dan tahun depan.

Hal ini karena menurut Anton, perbankan sudah mengantisipasi risiko ini. Untuk meningkatkan DPK valas, bank akan menaikkan bunga deposito valas sehingga simpanan valas naik.

Selain itu secara makro, Anton bilang eksportir juga lumayan mau untuk membawa valas balik ke dalam negeri. Walaupun memang valas yang kembali ini belum tentu ditukarkan dengan currency lokal.

Secara umum tim ekonom Bank Mandiri mengakui pada tahun ini risiko pengetatan likuiditas valas masih ada. Apalagi ditengah gejolak global seperti Turki, Argentina, dan Brazil.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Narita Indrastiti