Ini penyebab penurunan realisasi investasi kuartal III-2018 menurut ekonom Indef



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Realisasi investasi selama periode kuartal III-2018 turun 1,6% dari kuartal III-2017 menjadi Rp 173,8 triliun. Dari realisasi investasi tersebut, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat realisasi penanaman modal asing (PMA) sebesar Rp 89,1 triliun turun 20% dari kuartal III 2017.

Ekonom Institute For Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira mengatakan, ada beberapa alasan mengapa investasi cenderung turun. Salah satunya adalah investor asing yang menahan diri untuk membenamkan modalnya di negara berkembang.

"Jadi masalahnya memang semua emerging market sedang berebut dana investor yang terbatas. Kenaikan bunga acuan Fed, fenomena super dollar, perang dagang dan instabilitas geopolitik membuat realisasi investasi tertunda," tutur Bhima kepada Kontan.co.id, Selasa (30/10).


Menurut Bhima, adanya pemilihan umum di Indonesia dan India di tahun mendatang membuat para investor memilih mengalihkan dananya ke safe haven seperti dollar, yen juga treasury bond.

Sementara, penanaman modal dalam negeri (PMDN) di kuartal III-2018 justru meningkat sebesar 30,5% dibandingkan tahun lalu menjadi Rp 84,7 triliun. Menurut Bhima, PMDN yang meningkat ini membuktikan kepercayaan investor domestik masih baik.

"Ada pemilu mereka tetap investasi karena outlooknya jangka panjang dan exposure risiko valas relatif kecil dibanding investor PMA," tutur Bhima.

Meski begitu, Bhima memandang masih ada masalah di daerah dan biaya logistik. Pasalnya, belum ada kesinkronan antara pemerintah pusat dan daerah. Terkadang realisasi investasi di daerah masih terhambat oleh regulasi daerah meski perizinan di pusat sudah semakin cepat. 

Tak hanya itu, biaya logistik juga masih cukup tinggi atau setara 25% dari produk domestik bruto lantaran infrastruktur di kawasan industri yang belum optimal.  Menurut Bhima, kedua hal ini harus menjadi perhatian pemerintah supaya investasi dapat terus berkembang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi