Ini Penyebab Ramainya Lelang Sun Hari Selasa (16/8)



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan menggelar lelang Surat Utang Negara (SUN), Selasa (16/8) total penawaran yang masuk pada lelang kali ini sebesar Rp 72,15 triliun.

Penawaran yang masuk hari ini mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan hasil lelang SUN dua pekan sebelumnya yang mencapai Rp 36,91 triliun.

Pemerintah menyerap sebanyak Rp 21,65 triliun pada lelang kali ini. Setelah beberapa lelang sebelumnya pemerintah hanya menyerap di bawah target, kali ini pemerintah menyerap target di atas target indikatif yang sebesar Rp 19 triliun.

Baca Juga: Lelang SUN Selasa (16/8), Pemerintah Serap Dana Rp 21 Triliun

Dalam lelang SUN kali ini, seri FR0096 yang akan jatuh tempo pada 15 Febuari 2033 menjadi seri yang paling banyak diburu investor dengan jumlah penawaran masuk hingga Rp 31,78 triliun, nominal yang diserap pemerintah mencapai Rp 9,35 triliun, dengan yield rata-rata yang dimenangkan sebesar 7,05%.

Senior Vice President, Head of Retail, Product Research & Distribution Division, PT Henan Putihrai Asset Management (HP Asset Management) Reza Fahmi Riawan mengatakan kenaikan lelang SUN hari ini di karenakan kinerja pasar obligasi terus mencatatkan kinerja yang positif.

"Adapun faktor yang mendorong kinerja pasar obligasi ini tidak terlepas dari pengaruh kenaikan peringkat utang Indonesia menjadi investment grade yang diberikan oleh Standard & Poors," tutur Reza kepada Kontan.co.id, selasa (16/8).

Reza mengatakan di sisi lain, aliran dana yang masuk ke pasar surat utang terus mendorong naiknya garis indeks obligasi.

Sehingga minat investor di lelang sukuk meningkat karena kepercayaan investor asing mulai kembali setelah yield US Treasury bergerak cenderung turun di sekitar level 1,26%.  

Reza mengatakan ramainya investor yang melirik tenor panjang adalah untuk mengincar likuiditas, untuk keperluan menjaga posisi di portofolio, seri ini pun akhirnya menjadi incaran.

"untuk lelang kali ini, yield di pasar primer dan sekunder Amerika Serikat maupun beberapa negara Eropa lainnya yang mengalami penurunan. Pada akhirnya, ini mendorong risk appetite alias minat risiko investor," tuturnya.

Reza menambahkan likuiditas di dalam negeri yang masih melimpah juga mendorong kelompok perbankan untuk masuk ke pasar primer.

"Selain itu, masuknya Bank Indonesia pada lelang kali ini untuk menormalkan kurva yield SUN juga turut mendorong naiknya jumlah penawaran masuk," ucap Reza.

Baca Juga: Sukuk Ritel SR017 Segera Diterbitkan, Berapa Proyeksi Kuponnya?

Reza mengatakan pasar surat utang Indonesia masih cukup resilien hingga akhir tahun ini. Hal tersebut didukung oleh melimpahnya likuiditas dari dalam negeri, yang umumnya berasal dari bank dan pengelola dana pensiun.

"Namun, salah satu katalis yang menekan pergerakan pasar obligasi Indonesia adalah kelanjutan langkah The Fed yang menaikkan suku bunga acuannya kebijakan The Fed tersebut terutama akan terjadi pada kuartal III/2022," ujarnya.

Reza menyampaikan langkah kenaikan suku bunga The Fed kemungkinan akan diikuti Bank Indonesia (BI) pada kuartal yang sama.

Menurut Reza investor asing sudah mulai masuk dalam pasar surat utang negara, dikarenakan Investor sudah mulai risk on pasca-hasil FOMC (Federal Open Market Committee) meeting Juli lalu yang sesuai dengan ekspektasi pelaku pasar.

"Selain itu, muncul sinyal The Fed tidak akan seagresif sebelumnya dalam menormalisasi kebijakan tingkat suku bunga sehingga pasar surat utang negara cukup menarik untuk dilirik," ujarnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto