JAKARTA. Ironi, alokasi pasokan gas bumi untuk dalam negeri (domestik) mencapai 57 % atau setara 4,016 miliar british thermal unit per hari (BBTUD). Anehnya, meski porsi domestik kian besar, di lapangan, serapannya masih seret. Tengok saja, mengacu data SKK Migas tahun 2015 untuk sektor listrik dari alokasi gas sebesar 1.273,23 bbtud, hanya dipakai 939.11 bbtud. Industri dengan alokasi 1.560,91 bbtud hanya menyerap 1.263,17 bbtud. Sementara pupuk yang diberikan jatah 796,96 bbtud hanya dimanfaatkan sebanyak 737,46 bbtud. Alokasi untuk PLN 14 kargo hanya terserap 11 kargo. Pakar kebijakan energi dari Universitas Indonesia (UI) Iwa Garniwa menilai, rendahnya serapan pasokan gas di dalam negeri terjadi karena minimnya infrastruktur penyaluran distribusi gas. "Solusinya pemerintah harus terus mendorong infrastruktur penyaluran gas," tegas Iwa, Kamis (28/7).
Ini penyebab rendahnya serapan gas alam domestik
JAKARTA. Ironi, alokasi pasokan gas bumi untuk dalam negeri (domestik) mencapai 57 % atau setara 4,016 miliar british thermal unit per hari (BBTUD). Anehnya, meski porsi domestik kian besar, di lapangan, serapannya masih seret. Tengok saja, mengacu data SKK Migas tahun 2015 untuk sektor listrik dari alokasi gas sebesar 1.273,23 bbtud, hanya dipakai 939.11 bbtud. Industri dengan alokasi 1.560,91 bbtud hanya menyerap 1.263,17 bbtud. Sementara pupuk yang diberikan jatah 796,96 bbtud hanya dimanfaatkan sebanyak 737,46 bbtud. Alokasi untuk PLN 14 kargo hanya terserap 11 kargo. Pakar kebijakan energi dari Universitas Indonesia (UI) Iwa Garniwa menilai, rendahnya serapan pasokan gas di dalam negeri terjadi karena minimnya infrastruktur penyaluran distribusi gas. "Solusinya pemerintah harus terus mendorong infrastruktur penyaluran gas," tegas Iwa, Kamis (28/7).