Ini penyebab rupiah melemah versi Bank Indonesia



JAKARTA. Bank Indonesia (BI) menilai nilai tukar rupiah saat ini sudah di luar proporsinya. Bank sentral menilai salah satu penyebabnya karena lonjakan konsumsi bahan bakar minyak (BBM) yang menyebabkan pemerintah terpaksa mengimpor.Gubernur BI Darmin Nasution menerangkan, besarnya volume impor ini menyebabkan permintaan terhadap dollar Amerika Serikat tinggi.  Padahal, dia bilang suplai dollar Amerika Serikat pun tidak sebesar permintaan mengingat ekspor yang malah mengalami penurunan.Selain itu, dia bilang konsumsi BBM yang meningkat juga memperbesar beban subsidi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).  Pada akhirnya, dia bilang, beban subsidi anggaran ini akan mempengaruhi defisit anggaran yang bisa menimbulkan persepsi negatif terhadap kesinambungan fiskal. "Pada gilirannya dapat memberikan tekanan pada nilai tukar rupiah," kata Darmin dalam rapat kerja dengan DPR, Senin (14/1).Karena itu, BI meminta pemerintah mengurangi konsumsi atau beban subsidi BBM. Dengan demikian, Darmin mengatakan, tekanan neraca pembayaran juga akan berkurang signifikan sehingga bisa menstabilkan nilai tukar rupiah. Menteri Keuangan Agus Martowardojo mengakui kuota BBM subsidi 2013 yang sebesar 46,2 juta kiloliter akan sulit dikendalikan. Dia berkaca pada 2012 lalu dimana konsumsi BBM bersubsidi mencapai angka 45,2 juta kilo liter atau lebih tinggi dari kuota awal yang sebesar 40 juta kilo liter.Jika konsumsi BBM bersubsidi tidak dapat dikendalikan pemakaiannya, mantan Dirut Bank Mandiri ini mengindikasikan adanya sinyal untuk penyesuaian harga BBM. "Namun untuk saat ini belum ada rencana penyesuaian harga BBM," ungkapnya.BI siap intervensiBI sendiri menyatakan siap mengintervensi gejolak nilai tukar rupiah. Darmin berjanji akan intervensi dengan segala cara. "Kami akan mengendalikan kembali ke fundamental," katanya. Kebijakan nilai tukar sendiri akan diarahkan untuk stabilisasi nilai tukar agar pergerakan nilai tukar rupiah tersebut sesuai dengan kondisi fundamentalnya. Dalam konteks ini, BI selalu siap melakukan intervensi apabila nilai tukar bergerak secara berlebihan, jauh melenceng dari kondisi fundamental.Hingga pukul 15.45 WIB, berdasarkan data Bloomberg, rupiah telah diperdagangkan sebesar Rp 9.762 per dollar Amerika Serikat. Dalam lima hari terakhir, rupiah telah melemah 0,942% terhadap the greenback.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Edy Can