JAKARTA. Tren kenaikan yield surat berharga negara (SBN) dalam beberapa pekan terakhir memicu sepinya lelang surat berharga syariah negara (SBSN) atau sukuk, Selasa (6/5). Pasalnya, risiko pasar ikut meningkat seiring kenaikan yield. Desmon Silitonga, analis Millenium Danatama Asset Management mengatakan tren kenaikan yield di pasar sekunder mengakibatkan investor meminta yield tinggi dalam lelang tersebut. "Setidaknya, peserta lelang meminta spread sekitar 200-300 basis poin dari yield untuk seri yang sama di pasar sekunder," ujar Desmon, Jakarta, Selasa (6/5). Data Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA),seluruh seri benchmark obligasi pemerintah, Selasa (6/5) mengalami kenaikan. Indonesia Goverment Bond (IGB) Effective Yield Index naik 0,006% menjadi 8,08% ketimbang perdagangan Senin (5/5). Sedangkan rata-rata harga obligasi yang ditunjukkan IGB Clean Price Index tertekan 0,045% menjadi 113.261 dibandingkan perdagangan sebelumnya.
Menurut Desmon, tingginya permintaan yield tersebut juga mendorong pemerintah untuk tidak menyerap dana sesuai target Rp 1,5 triliun. Seperti diketahui, pemerintah hanya mengantongi dana sekitar Rp Rp 935 miliar dari lelang empat seri sukuk pemerintah tersebut. "Selain itu, realisasi penerbitan SBN sudah mencapai 55,5% dari target APBN. Sehingga, pemerintah tidak terlalu agresif menyerap lelang agar memiliki ruang untuk menyerap dana dari lelang SBN berikutnya dengan yield yang lebih kompetitif," ujar Desmon.