KONTAN.CO.ID - PRISTINA. Warga Serbia yang melakukan aksi unjuk rasa di kota Mitrovica yang terbagi secara etnis di Kosovo utara mendirikan barikade baru pada Selasa (27/12/2022). Aksi dilakukan beberapa jam setelah Serbia mengatakan telah menempatkan tentaranya dalam siaga tempur tertinggi setelah berminggu-minggu meningkatnya ketegangan antara Beograd (Serbia) dan Pristina (Kosovo). Melansir
Reuters, Kementerian Pertahanan Serbia mengatakan, mengingat peristiwa terbaru di wilayah tersebut dan keyakinan Beograd bahwa Kosovo sedang bersiap untuk menyerang Serbia dan dengan paksa membersihkan barikade, Presiden Aleksandar Vucic telah memerintahkan tentara dan polisi Serbia untuk siaga tinggi.
Kosovo dan Serbia bermaksud untuk bergabung dengan Uni Eropa dan telah sepakat, sebagai bagian dari proses keanggotaan tersebut, untuk menyelesaikan masalah mereka yang belum terselesaikan dan membangun hubungan bertetangga yang baik. Berikut adalah beberapa fakta tentang ketegangan antara Kosovo dan Serbia:
Baca Juga: Kosovo: Dengan Pengaruh Rusia, Serbia Berusaha Membuat Negara Kami Tidak Stabil Awal mula terjadi ketegangan
Kosovo merdeka dari Serbia pada 2008, hampir satu dekade setelah pemberontakan gerilya melawan pemerintahan represif Beograd. Serbia, bagaimanapun, masih menganggap Kosovo sebagai bagian integral dari wilayahnya dan menolak anggapan bahwa negara itu memicu ketegangan dan konflik di dalam perbatasan tetangganya. Beograd menuduh Pristina menginjak-injak hak minoritas Serbia. Etnis Serbia, yang tidak mengakui pemerintah Pristina atau lembaga negara Kosovo, berjumlah 5% dari 1,8 juta penduduk Kosovo, dengan etnis Albania mencapai sekitar 90%. Warga Serbia melampiaskan permusuhan mereka dengan menolak membayar operator listrik Kosovo untuk listrik yang mereka gunakan misalnya dan sering menyerang polisi yang mencoba melakukan penangkapan.
Baca Juga: Serbia-Kosovo Memanas, Militer Kedua Negara Bersiaga Alasan ketegangan meningkat lagi
Ketegangan etnis baru telah meletus sejak 10 Desember 2022 ketika Serbia mendirikan banyak penghalang jalan alias barikade dan baku tembak dengan polisi setelah penangkapan seorang mantan polisi Serbia karena diduga menyerang petugas polisi selama aksi unjuk rasa sebelumnya. Kebuntuan terjadi setelah berbulan-bulan karena masalah pelat nomor mobil. Kosovo selama bertahun-tahun menginginkan sekitar 50.000 warga Serbia di utara untuk mengganti pelat nomor mobil Serbia mereka dengan yang dikeluarkan oleh Pristina. Ini sebagai bagian dari keinginan pemerintah untuk menegaskan otoritas atas wilayahnya. Pada tanggal 31 Juli 2022, Pristina mengumumkan batas waktu selama dua bulan untuk pergantian pelat mobi, yang pada akhirnya memicu aksi protes. Akan tetapi kemudian setuju untuk menunda tanggal implementasinya menjadi tahun depan.
Walikota etnis Serbia di kota utara, bersama dengan hakim lokal dan sekitar 600 petugas polisi, mengundurkan diri pada bulan November sebagai protes atas peralihan tersebut.
Keinginan warga Serbia
Warga Serbia di Kosovo ingin membuat asosiasi kota mayoritas Serbia yang akan beroperasi dengan otonomi yang lebih besar. Serbia dan Kosovo telah membuat sedikit kemajuan dalam hal ini dan masalah lainnya sejak berkomitmen pada tahun 2013 untuk dialog yang disponsori Uni Eropa.
Peran NATO dan Uni Eropa
NATO memiliki sekitar 3.700 tentara yang ditempatkan di Kosovo untuk menjaga perdamaian. Aliansi mengatakan akan melakukan campur tangan sesuai dengan mandatnya jika stabilitas di daerah itu terancam. Misi Penegakan Hukum Uni Eropa di Kosovo (EULEX), yang tiba pada 2008, masih memiliki sekitar 200 petugas polisi khusus di sana.
Editor: Barratut Taqiyyah Rafie