KONTAN.CO.ID - GAZA. Ini peringatan terbaru Israel kepada warga Gaza. Menurut penuturan warga Palestina di Gaza, militer Israel telah memperingatkan warga Gaza bahwa mereka berisiko diidentifikasi sebagai kaki tangan organisasi teroris jika mereka tidak pindah ke selatan. Mengutip
Reuters, pesan untuk warga Gaza disampaikan pihak Israel sejak hari Sabtu dalam bentuk selebaran yang dijatuhkan melalui udara dan ditandai dengan logo militer Israel dan dalam pesan telepon otomatis yang dikirim ke warga Gaza di seluruh wilayah kantong tersebut. “Siapa pun yang memilih untuk tidak meninggalkan Gaza utara ke selatan Wadi Gaza mungkin diidentifikasi sebagai kaki tangan organisasi teroris,” kata selebaran itu.
Meskipun Israel sebelumnya telah memperingatkan warga Palestina untuk pindah ke wilayah selatan, Israel tidak pernah memberi tahu mereka bahwa mereka dapat diidentifikasi sebagai simpatisan “teroris” jika mereka tidak melakukan hal tersebut. Saat ini, kondisi di Gaza sangat mencekam di tengah meningkatnya ketakutan akan krisis kemanusiaan karena sedikitnya bantuan yang diizinkan masuk.
Reuters melaporkan, lebih dari satu juta orang tinggal di bagian utara Jalur Gaza, dan ratusan ribu orang pergi ke arah selatan untuk mengungsi ke tempat perlindungan sementara, meskipun serangan udara dan artileri terus menerus menghantam wilayah selatan tempat mereka mengungsi. Pasokan bantuan pertama yang terbatas, tiba pada hari Sabtu setelah dua minggu pengepungan total oleh Israel. Namun, lembaga-lembaga bantuan masih memperingatkan akan terjadinya bencana kemanusiaan, di mana rumah sakit hampir kehabisan bahan bakar untuk menyalakan inkubator dan peralatan penting lainnya.
Baca Juga: Dampak Ekonomi Konflik Israel-Palestina Pasukan Israel yang mempersiapkan serangan darat telah menghantam jalur sepanjang 45 km (28 mil) sejak militan Hamas mengamuk di kota-kota Israel pada 7 Oktober, yang menewaskan lebih dari 1.400 orang dan menyandera lebih dari 200 orang. Menurut otoritas kesehatan yang dikelola Hamas di daerah kantong tersebut, sekitar 4.650 warga Palestina telah tewas dalam pemboman tersebut, dengan 266 orang tewas dalam 24 jam terakhir termasuk 117 anak-anak. Bantuan yang tiba pada hari Sabtu dalam konvoi pertama yang terdiri dari 20 truk bantuan mulai didistribusikan pada hari Minggu. Akan tetapi, konvoi kedua dengan rombongan yang sedikit lebih kecil, tidak bisa segera mencapai Gaza setelah memasuki perbatasan Rafah. Kepala logistik Bulan Sabit Merah Palestina di Gaza, Mahmoud Abu al-Atta, mengatakan truk-truk bantuan telah diserahkan ke lembaga-lembaga tertentu termasuk UNICEF dan Bulan Sabit Merah Qatar. Beberapa bantuan telah dialokasikan untuk rumah sakit dan beberapa lagi untuk tempat penampungan yang dikelola PBB, katanya. Mohammad Maher, 40 tahun, yang melarikan diri ke selatan dari Kota Gaza di utara, mengatakan: "Kami tidak menginginkan makanan atau uang. Kami ingin perang ini berakhir. Kami ingin kematian berhenti dan kami ingin pemboman buta terhadap warga sipil untuk berhenti."
Baca Juga: Apa Itu Hamas? Simak Sejarah, Tujuan, Serta Sumber Dananya Dia menggambarkan jumlah bantuan pangan yang datang sebagai hal yang "menyedihkan" dan menuduh Israel dan Amerika Serikat berupaya membuat warga Palestina kelaparan. “Memalukan bagi dunia,” katanya. Di kamp pengungsi Jabalia, di utara daerah kantong tersebut, serangan udara Israel menghancurkan dua masjid – di antara 30 masjid yang menurut pemerintah setempat telah dihancurkan oleh pemboman tersebut dalam dua minggu.
“Mereka telah menghancurkannya dan menghancurkan distrik di sekitarnya,” kata seorang pria yang berdiri di dekat reruntuhan. Pasokan apa pun yang datang pada hari Minggu tidak termasuk bahan bakar. Sebab, militer Israel menilai, bahan bakar dapat digunakan oleh Hamas. Ini berarti pasokan listrik akan semakin berkurang di Gaza dan mungkin akan segera padam. Ashraf al-Qidra, juru bicara Kementerian Kesehatan Gaza, mengatakan ada 130 bayi baru lahir di inkubator bertenaga listrik. Di Rumah Sakit al-Shifa, salah satu rumah sakit terbesar di Gaza, tangki bahan bakar mereka hampir habis, katanya. “Kami telah mengalihkan bahan bakar ke layanan penyelamatan jiwa yang paling penting termasuk inkubator, namun kami tidak tahu berapa lama bahan bakar tersebut dapat bertahan,” tambahnya.
Editor: Barratut Taqiyyah Rafie