JAKARTA. Jika pernah menonton film Inside Man, ada salah satu quote menarik yang diucapkan oleh salah satu pemeran di dalam film tersebut, "when there's a blood on street, buy a property,". Secara harfiah, ungkapan ini bisa diartikan, selalu akan ada peluang (bisnis) di balik sebuah konflik, apa pun bentuk konfliknya. Nah, hal ini sedikit banyak juga sejalan dengan pendiri Toyota Group, Kiichiro Toyoda. Setelah melihat banyaknya rumah yang hancur di Jepang akibat perang dunia kedua, dia berpendapat bahwa semua orang memiliki hak untuk memiliki rumah yang memiliki standar lebih dari sekadar layak. Sejak saat itu, dia berupaya mendirikan bangunan dengan kualitas tinggi. Namun, ide ini belum bisa segera direalisasikan. Baru pada 1975, divisi bisnis perumahan di dalam Toyota Motor Corporation dibentuk. Pada 1977, perusahaan ini melakukan penjualan perdana Rumah Token. Beberapa puluh tahun kemudian, tepatnya pada 2003, perusahaan Toyota Home berdiri sendiri karena adanya pemisahan fungsi marketing dari Toyota Motor Corp.. Pada 2010, seluruh divisi bisnis rumah tinggal Toyota digabungkan ke dalam satu wadah, Toyota Home. Toyota Home akhirnya masuk ke Indonesia pada tahun 2013. Nah, mulai tahun ini perusahaan tersebut fokus menggarap pasar Indonesia dengan mendirikan kepanjangan tangannya, Toyota Housing Indonesia. "Indonesia jadi lokasi pertama dan ini pertama kalinya kami keluar Jepang," ujar Tadashi Yamashina, Presiden Toyota Housing Corporation, di sela kegiatan soft launching Toyota Housing Model di Sakura Residence 3, (4/6). Namun, proyek ini tidak dikerjakan sendiri oleh Toyota Housing Indonesia. Sakura Residence 3 merupakan kawasan properti rumah tapak yang dikembangkan oleh PT Hatmohadji & Kawan (Haka). Lahan kawasan tersebut memiliki luas 64 hektare yang bakal dibangun sebanyak 467 unit rumah. Nah, dalam pengembangannya, Toyota Housing Indonesia masuk ke dalam proyek tersebut dengan modal disetor awal Rp 35 miliar. Tapi, ini di luar nilai akuisisi lahan Toyota Housing Indonesia di Sakura Regency 3. Peluang bisnis properti di sini memang besar. Tapi, untuk sementara ini, manajemen masih akan fokus pada proyek tersebut. Sebab, perusahaan juga masih ingin melakukan riset pasar lebih lanjut. "Ini proyek pertama kami di Indonesia, sehingga kami akan fokus untuk proyek ini dulu sebagai pembuat rumah. Tapi, ke depan tidak menutup kemungkinan kami menjadi pengembang dan mengembangkan proyek di lokasi lain," Presiden Direktur Toyota Housing Indonesia Akihiro Hara. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Ini perjalanan bisnis properti Toyota
JAKARTA. Jika pernah menonton film Inside Man, ada salah satu quote menarik yang diucapkan oleh salah satu pemeran di dalam film tersebut, "when there's a blood on street, buy a property,". Secara harfiah, ungkapan ini bisa diartikan, selalu akan ada peluang (bisnis) di balik sebuah konflik, apa pun bentuk konfliknya. Nah, hal ini sedikit banyak juga sejalan dengan pendiri Toyota Group, Kiichiro Toyoda. Setelah melihat banyaknya rumah yang hancur di Jepang akibat perang dunia kedua, dia berpendapat bahwa semua orang memiliki hak untuk memiliki rumah yang memiliki standar lebih dari sekadar layak. Sejak saat itu, dia berupaya mendirikan bangunan dengan kualitas tinggi. Namun, ide ini belum bisa segera direalisasikan. Baru pada 1975, divisi bisnis perumahan di dalam Toyota Motor Corporation dibentuk. Pada 1977, perusahaan ini melakukan penjualan perdana Rumah Token. Beberapa puluh tahun kemudian, tepatnya pada 2003, perusahaan Toyota Home berdiri sendiri karena adanya pemisahan fungsi marketing dari Toyota Motor Corp.. Pada 2010, seluruh divisi bisnis rumah tinggal Toyota digabungkan ke dalam satu wadah, Toyota Home. Toyota Home akhirnya masuk ke Indonesia pada tahun 2013. Nah, mulai tahun ini perusahaan tersebut fokus menggarap pasar Indonesia dengan mendirikan kepanjangan tangannya, Toyota Housing Indonesia. "Indonesia jadi lokasi pertama dan ini pertama kalinya kami keluar Jepang," ujar Tadashi Yamashina, Presiden Toyota Housing Corporation, di sela kegiatan soft launching Toyota Housing Model di Sakura Residence 3, (4/6). Namun, proyek ini tidak dikerjakan sendiri oleh Toyota Housing Indonesia. Sakura Residence 3 merupakan kawasan properti rumah tapak yang dikembangkan oleh PT Hatmohadji & Kawan (Haka). Lahan kawasan tersebut memiliki luas 64 hektare yang bakal dibangun sebanyak 467 unit rumah. Nah, dalam pengembangannya, Toyota Housing Indonesia masuk ke dalam proyek tersebut dengan modal disetor awal Rp 35 miliar. Tapi, ini di luar nilai akuisisi lahan Toyota Housing Indonesia di Sakura Regency 3. Peluang bisnis properti di sini memang besar. Tapi, untuk sementara ini, manajemen masih akan fokus pada proyek tersebut. Sebab, perusahaan juga masih ingin melakukan riset pasar lebih lanjut. "Ini proyek pertama kami di Indonesia, sehingga kami akan fokus untuk proyek ini dulu sebagai pembuat rumah. Tapi, ke depan tidak menutup kemungkinan kami menjadi pengembang dan mengembangkan proyek di lokasi lain," Presiden Direktur Toyota Housing Indonesia Akihiro Hara. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News