KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Merger antara bisnis syariah PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) dan PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) kemungkinan masih membutuhkan waktu yang cukup lama. Maklum, Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) masih menunggu holding BUMN keuangan terbentuk. Iman Nugroho Soeko Direktur Keuangan dan Treasury BTN bilang sebelum merger dilakukan, bank harus melakukan spin off atau pemisahan terhadap unit bisnis syariah. "Karena proses spin off membutuhkan biaya yang tidak sedikit, makanya jika modal pas-pasan harus ada tambahan modal," kata Iman, Selasa (13/2). Dengan aset unit usaha syariah Rp 20 triliun maka dibutuhkan biaya spin off paling tidak Rp 2,5 triliun agar rasio permodalan bisa terjaga di kisaran 16%. Selain itu BTN juga berusaha menjaga ATMR (aset tertimbang menurut risiko) setelah spin off. BTN juga harus menjaga agar kinerja bank bisa tetap tumbuh setelah spin off ini dilakukan.
Ini perkembangan terkini merger BNI Syariah dan UUS BTN
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Merger antara bisnis syariah PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) dan PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) kemungkinan masih membutuhkan waktu yang cukup lama. Maklum, Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) masih menunggu holding BUMN keuangan terbentuk. Iman Nugroho Soeko Direktur Keuangan dan Treasury BTN bilang sebelum merger dilakukan, bank harus melakukan spin off atau pemisahan terhadap unit bisnis syariah. "Karena proses spin off membutuhkan biaya yang tidak sedikit, makanya jika modal pas-pasan harus ada tambahan modal," kata Iman, Selasa (13/2). Dengan aset unit usaha syariah Rp 20 triliun maka dibutuhkan biaya spin off paling tidak Rp 2,5 triliun agar rasio permodalan bisa terjaga di kisaran 16%. Selain itu BTN juga berusaha menjaga ATMR (aset tertimbang menurut risiko) setelah spin off. BTN juga harus menjaga agar kinerja bank bisa tetap tumbuh setelah spin off ini dilakukan.