KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penyebaran virus corona (Covid-19) bukan hanya berdampak pada dunia usaha. Pandemi virus ini juga mengubah perilaku masyarakat (konsumen) tanah air. Dalam studi yang dirilis Rabu (8/4), Nielsen mengatakan sejak diberlakukannya imbauan tinggal di rumah untuk mencegah penyebaran Covid-19, sekitar 30% konsumen merencanakan untuk lebih sering berbelanja secara daring (online). Kebijakan ini juga mempengaruhi kepemirsaan televisi yang mencatat peningkatan rating dari 2,6% pada 8 Maret 2020 menjadi 13,6% pada 15 Maret. Peningkatan rating tertinggi terjadi pada segmen pemirsa berusia lebih muda yaitu 5-9 tahun yang meningkat 23 % dan segmen pemirsa usia 15-19 tahun yang meningkat 22%.
Baca Juga: Ini strategi bertahan bagi pelaku UKM di tengah penjualan tertekan corona Dari sisi konsumsi, sebanyak 49% konsumen menjadi lebih sering memasak di rumah. Tak pelak hal ini mendorong kenaikan pertumbuhan penjualan bahan pokok seperti telur yang naik 26%, daging yang mengalami kenaikan penjualan 19%, permintaan daging unggas naik 25%, serta penjualan buah dan sayur yang meningkat 8%. Kategori produk seperti bumbu masak dan farmasi menunjukkan pertumbuhan penjualan tertinggi di segmen ritel masing-masing 44% dan 48%, lebih tinggi jika dibandingkan dengan kategori produk lainnya. Nielsen juga mengungkapkan, akibat Covid-19 masyarakat Indonesia jadi lebih cenderung berbelanja di pasar modern. “Secara nasional, konsumen kelas atas menjadi lebih banyak berbelanja di hypermarket/supermarket. Sementara tren di wilayah Jakarta dan sekitarnya berbeda, dimana tidak hanya dari kelas atas, tapi konsumen dari kelas menengah dan bawah juga lebih banyak berbelanja di hypermarket/supermarket,” tulis Nielsen, Rabu (8/4).
Baca Juga: Penuhi kebutuhan konsumen, produsen barang konsumer masih tetap berproduksi saat PSBB Akibat penyebaran virus corona, masyarakat Indonesia juga menjadi lebih perhatian terhadap kesehatan dan kebersihan. Sebanyak 44% konsumen mengaku menjadi lebih sering mengkonsumsi produk kesehatan dan 37% lebih sering mengkonsumsi minuman bervitamin. Para pelaku industri vitamin dan obat-obatan menangkap peluang ini dengan menambah anggaran beriklan di televisi. Dus, belanja iklan vitamin meningkat 14% menjadi lebih dari Rp 90 miliar, sementara belanja iklan obat batuk meningkat 22% menjadi lebih dari Rp 30 miliar.
“Bagi para peritel, situasi saat dapat menciptakan peluang untuk tetap menjalankan bisnis mereka dan pada saat yang sama membantu konsumen mencukupi kebutuhan selama tinggal di rumah,” tulis Nielsen.
Baca Juga: Perum Bulog targetkan penyerapan beras tahun 2020 sebesar 1,4 juta ton Studi Nielsen juga mengatakan bahwa 80% konsumen Indonesia mengakses informasi seputar Covid-19 lewat media sosial, disusul berita televisi (77%), dan mesin pencari online (56%). Ketiga medium ini adalah sumber informasi yang paling banyak diakses oleh konsumen untuk mengetahui perkembangan Covid-19. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati