KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Dunia (World Bank) belum lama ini menunjuk David Malpass sebagai pemimpin barunya. David Malpass resmi menjabat pada 9 April lalu, menggantikan Jim Yong Kim, Presiden Bank Dunia periode sebelumnya. Dalam Joint Seminar Bretton Woods Committee and Center for Global Development, salah satu bagian dari rangkaian Spring Meetings Dana Moneter Internasional (IMF) – Grup Bank Dunia tahun 2019, Menteri Keuangan Sri Mulyani menyampaikan harapan dan pesannya tentang apa saja yang harus dilakukan oleh Malpass selaku Presiden Bank Dunia yang baru. Pertama, Sri Mulyani menilai, pengetahuan Presiden Bank Dunia terpilih mengenai organisasinya tersebut perlu terus diperbarui. "Beliau telah terlibat dalam kenaikan modal Bank Dunia pada tahun 1980 dan pengetahuannya harus ditingkatkan. Bank Dunia telah banyak berubah dalam proses bisnis dan berbagai hal," ungkap Sri Mulyani seperti dikutip dari keterangan resmi Kementeriuan Keuangan, Jumat (12/4).
Sejak kepemimpinan Presiden Bank Dunia Robert Zoellick periode 2007-2012, Sri Mulyani mengatakan, telah terjadi banyak perubahan di tubuh organisasi Bank Dunia termasuk dalam hal proses bisnis. Menurutnya, Bank Dunia telah melakukan reformasi sehingga lebih gesit dan responsif dalam merespon isu korupsi dan demokratisasi data. Kedua, Sri Mulyani berharap Malpass memiliki fokus pada isu spesifik sebagaimana kepemimpinan Presiden Bank Dunia sebelumnya. Ia meyakini, Malpass yang merupakan ekonom akan memiliki perhatian untuk menyelesaikan isu atau program setiap negara, termasuk negara kecil, negara miskin dan rentan (
fragile), dan negara kepulauan. “Yang harus dilakukan adalah memastikan bagaimana operasi Bank Dunia ke sebuah negara atau bagaimana janji Bank Dunia kepada negara terkait peningkatan modal kepada semua negara,” ujar mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia tersebut. Sri Mulyani mengatakan, kebijakan yang akan banyak ditunggu dari Bank Dunia adalah penanganan terkait middle income country khususnya China. Ketiga, pada masa kepemimpinan Zoellick, Sri Mulyani melihat isu spesifik yang menjadi perhatian yaitu korupsi dan transparansi data. Sementara, pada masa Jim Kim, perhatian tertuju pada isu sumber daya manusia dan perubahan iklim. “Mungkin di era Malpass, dia akan lebih
concern pada koefisien gini,
inequality, kebijakan bagaimana negara bisa berkembang optimal dengan intervensi minimal”, tuturnya. Beberapa hal tersebut, menurutnya, perlu diputuskan karena membawa pengaruh besar bukan hanya kepada staf Bank Dunia melainkan juga kepada seluruh pemangku kepentingan. Sebagai klien Bank Dunia, Sri Mulyani mengaku senang pimpinan Bank Dunia peduli terhadap isu korupsi. “Saya melihat global
public goods akan sangat penting. Isu perubahan iklim, dan bagaimana Bank Dunia bisa bekerjasama dengan semua klien karena Bank Dunia adalah bank yang memiliki karakteristik unik. Klien-klien sendiri punya kerjasama dengan negara multilateral lain," ungkapnya. Terakhir, Sri Mulyani berharap Bank Dunia makin memiliki keunggulan kompetitif dibanding lembaga lain dengan pengetahuan dan pengalaman yang lebih untuk menangani klien. “Misalnya sebagai klien saat akan melakukan reformasi pajak. Dengan pengalaman bukan hanya Asia namun juga dunia, saya bisa mendapatkan
best lesson. Kalau saya bertanya tentang
social safety nett, apa yang harus saya lakukan dan
best practice negara mana yang harus saya ikuti?" Bank Dunia dinilai memiliki pengetahuan dan pengalaman global, bukan hanya di negara berpendapatan rendah, namun seluruh negara.
Tiga hal utama yang menurut Sri Mulyani perlu dijaga oleh Bank Dunia yaitu tata kelola, model bisnis, dan sumber daya. “Kalau kita tidak konsisten dengan tata kelola, model bisnis, dan sumber daya, maka akan sulit dalam mencapai tujuan. Tiga hal ini yang utama harus dilakukan oleh Bank Dunia," tutupnya. Sri Mulyani sebelumnya pernah menjabat sebagai salah satu dari tiga Direktur Pelaksana Bank Dunia. Ia menjabat mulai tahun 2010 hingga 2016 di bawah kepemimpinan Presiden Bank Dunia Robert Zoellick, sebelum akhirnya kembali ke tanah air dan memegang jabatan sebagai Menteri Keuangan di Indonesia hingga sekarang. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi