Ini Pilihan Investasi yang Masih Menjadi Andalan Industri Dana Pensiun



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Hingga pertengahan tahun ini di tengah berbagai tantangan global, industri dana pensiun ternyata masih mampu meningkatkan aset investasi yang dimiliki. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), aset investasi dana pensiun masih tumbuh 4,5% yoy menjadi Rp 321,50 triliun per Juni 2022.

Surat Berharga Negara (SBN) menempati posisi pertama untuk porsi investasi terbesar dengan nilai Rp 95,51 triliun atau berkontribusi 29%. Selanjutnya, ada Deposito berjangka memiliki porsi investasi sebesar 26% dengan nilai Rp 84,38 triliun. Di posisi ketiga, ada Obligasi Korporasi yang memiliki porsi 18% atau senilai Rp 59,11 triliun.

Direktur Eksekutif Asosiasi Dana Pensiun Indonesia (ADPI) Bambang Sri Moeljadi juga menyampaikan, hingga saat ini investasi Dana Pensiun secara industri masih banyak di tempatkan di SBN sebanyak 33%. Selanjutnya, 25% di obligasi korporasi, 13,5% di saham bursa, 10% di deposito (PU), 4,9% di reksadana, 9,1% penempatan langsung, dan 6,5% di properti.


"Proyeksi dana kelolaan tidak banyak mengalami perubahan karena banyak portofolio yang rollover. Untuk kelolaan Dana Pensiun Pemberi Kerja hingga akhir tahun kita proyeksikan naik sekitar 7% atau sekitar Rp 225 triliun," kata Bambang kepada kontan.co.id.

Baca Juga: Asuransi Sinar Mas Bayar Klaim Asuransi Marine Cargo Senilai US$ 51.570

Sementara itu, di dalam RUU Omnibus Law Keuangan, tepatnya di pasal 124 di bahas mengenai ketentuan yang mengatur pengelolaan aset investasi dana pensiun, baik itu dana pensiun pemberi kerja paling banyak 50% pada investasi yang aman. Menanggapi hal tersebut, Bambang mengaku hal tersebut tidak berdampak signifikan kepada dana kelolaan industri dapen, karena menurutnya saat ini investasi Dana Pensiun sudah aman. 

"Tidak hanya 50% yang aman, semua investasi Dana Pensiun harus aman dan optimal. Artinya, ditata sesuai dengan kebutuhan likuiditas jangka pendek, menengah dan panjang (liability driven)," ujar Bambang.

Beberapa pelaku industri juga ternyata banyak menempatkan investasinya di SBN, Obligasi, maupun Deposito. Misalnya saja Dapen BNI yang lebih banyak investasi di Obligasi sekitar 51%.

"Alokasi penempatan aset investasi Dapen BNI sebagian besar pada Obligasi sekitar 51%  dengan pertimbangan income-nya bersifat lebih terjaga. Selain itu investasi pada surat berharga, investasi langsung dan property," ujar Pengurus Bidang Investasi Dapen BNI Bedie Roesnadi.

Bedie bilang, penempatan aset Dapen BNI lebih banyak ditempatkan di surat utang karena risiko yang relatif lebih rendah. Sebab, selain memprioritaskan pemenuhan seluruh kewajiban dapen, pihaknya juga memperhatikan rentabilitas dengan tetap memperhatikan risiko.

"Untuk target dana kelolaan di tahun ini sekitar Rp 6,9 triliun," tambahnya.

Baca Juga: Nasabah Tajir Mendominasi Simpanan di Bank

Bedie menjelaskan, untuk investasi jangka panjang, penempatan investasi diarahkan untuk meningkatkan porsi kelompok aset inti atau pendapatan tetap. Sembari juga mengoptimalkan dari pendapatan anak perusahaan, pasar modal dan pendapatan dari aset properti.

Di sisi lain, Sulistyowati, Executive Director DPLK Syariah Muamalat mengatakan, saat ini portofolio banyak ditempatkan di deposito dengan mendominasi sekitar  70%. Hingga Juni 2022, Aset Investasi mencapai sekitar Rp 1,5 triliun.

"Untuk imbal hasil yang ditawarkan sekitar 3%," katanya.

Menurut Sulistyowati, investasi masih didominasi deposito karena itu merupakan pemilihan nasabah karena mereka memilih instrumen yang dinilai aman. Ia pun memperkirakan dana kelolaan DPLK Syariah Muamalat tahun ini bisa tumbuh mencapai 5% secara yoy.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi