Ini Portofolio Investasi yang Cuan dari Pemilu Presiden AS



KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Pelaku pasar mulai meraba-raba potensi kemenangan masing-masing kandidat presiden Amerika Serikat (AS). Arah suara rakyat saat ini masih cair.

Calon dari Partai Demokrat, sekaligus Wakil Presiden AS, Kamala Harris unggul tipis 46% berbanding 43% atas mantan Presiden Republik Donald Trump dalam survei Reuters/Ipsos yang dilakukan enam hari hingga Senin (21/10). Hasil ini berbeda dari minggu lalu yang mendapati Harris unggul 45% dari Trump 42%. 

Meski begitu, dalam jajak pendapat Polymarket, Trump menunjukkan peluang kemenangan 60%. JP Morgan menambahkan, kemenangan Trump juga nampak dari arah dana hedge fund global. "Secara umum, arus bersih hedge fund tahun ini cukup berkorelasi dengan peluang kemenangan Trump," kata JP Morgan dikutip Reuters, Senin (21/10).  


Baca Juga: Harga Emas Spot Capai Rekor Selasa (22/10), Dipicu Pemilu AS dan Konflik Timur Tengah

JP Morgan menyebut, saham-saham yang mendukung energi terbarukan cenderung banyak dijual dalam beberapa minggu terakhir. Saham energi terbarukan ini mencerminkan kebijakan pro Demokrat yang banyak menggaungkan inisiatif energi bersih.  

Di lain sisi, dana lindung nilai membeli saham kripto. Pasalnya, Trump memposisikan dirinya sebagai pro mata uang kripto dan telah meluncurkan bisnis kripto baru, World Liberty Financial. 

Dollar menguat

Goldman Sachs menganalisa, jika Trump memenangkan pertarungan, kurs euro bisa jatuh 10% dari posisi saat ini. Penyebabnya, pengenaan tarif yang luas dan pemangkasan pajak dalam negeri yang positif. Kebijakan ekonomi radikal Trump kemungkinan berdampak pada Eropa, mitra dagang utama AS, dan China.

"Tarif AS sebesar 10% untuk semua impor dan pungutan 20% untuk produk China, dikombinasikan dengan pemotongan pajak, dapat menyebabkan dollar AS menguat tajam dan euro turun 8%-10%," kata Michael Cahill, analis Goldman Sachs.

Kebijakan Trump juga akan meningkatkan inflasi dan mengerek suku bunga AS lebih tinggi dibanding suku bunga Eropa. Ini akan meningkatkan daya tarik dollar AS.. 

Sementara Harris lebih fokus pada daya beli masyarakat. Harris antara lain berniat meringankan beban rumahtangga AS dengan menaikkan kredit pajak anak dari US$ 2.000 saat ini jadi US$ 3.600. Profesor Yale Law School Natasha Sarin yakin kebijakan ini akan berdampak positif dalam jangka panjang. 

Baca Juga: Harris dan Trump Bertarung di Arena Pertarungan 2 Minggu Menuju Hari Pemilu AS

Selanjutnya: DAMRI Buka Rute dari Trans Studio Mall Bandung ke Stasiun Tegalluar, Tarif Rp 15.000

Editor: Avanty Nurdiana