JAKARTA. Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan kerjasama bilateral dengan Kedutaan Besar Amerika Serikat (AS) untuk pengembangan proyek pembangkit listrik 35.000 megawatt (MW). Lewat kerjasama ini, peluang bagi perusahaan AS untuk ikut dalam program listrik 35.000 MW terbuka lebar. "AS memiliki potensi cukup besar untuk ikut membangun pembangkit listrik 35.000 MW," kata Direktur Pengadaan Strategis dan Energi Primer PT PLN (Persero), Amin Subekti, Rabu (2/9). Dalam megaproyek tersebut, Indonesia membutuhkan 20.000 MW dalam bentuk pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dari bahan bakar batubara, 13.000 pembangkit listrik tenaga gas (PLTG), dan 3.700 pembangkit listrik dari energi baru terbarukan.
Ini potensi listrik yang bisa dibangun AS
JAKARTA. Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan kerjasama bilateral dengan Kedutaan Besar Amerika Serikat (AS) untuk pengembangan proyek pembangkit listrik 35.000 megawatt (MW). Lewat kerjasama ini, peluang bagi perusahaan AS untuk ikut dalam program listrik 35.000 MW terbuka lebar. "AS memiliki potensi cukup besar untuk ikut membangun pembangkit listrik 35.000 MW," kata Direktur Pengadaan Strategis dan Energi Primer PT PLN (Persero), Amin Subekti, Rabu (2/9). Dalam megaproyek tersebut, Indonesia membutuhkan 20.000 MW dalam bentuk pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dari bahan bakar batubara, 13.000 pembangkit listrik tenaga gas (PLTG), dan 3.700 pembangkit listrik dari energi baru terbarukan.