KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja sejumlah emiten di sektor properti non-kawasan industri masih belum sepenuhnya menggembirakan. Analis Semesta Indovest Aditya Perdana Putra memperkirakan, kinerja perusahaan sektor ini di kuartal kedua masih belum banyak berubah. Menurutnya, kinerja PT Lippo Karawaci Tbk (
LPKR) masih flat dari semua lini bisnisnya. Pendapatan terbesarnya datang dari urban development dan healthcare. "Pada kuartal I 2018 masih terlihat flat. Dengan kondisi sektor properti yang belum benar-benar pulih, maka kinerja pada kuartal II ini tidak akan berbeda jauh dibandingkan kuartal sebelumnya," jelasnya, Kamis (26/7).
Sedangkan untuk PT PP Properti Tbk (
PPRO), Aditya bilang sejauh ini pendapatannya masih cukup solid terutama disumbang oleh penjualan properti seperti rumah dan apartemen. "Kinerja sektor properti di kuartal II ini tidak berbeda jauh dengan kuartal I lalu, kenaikan 14% di kuartal I kemungkinan akan bisa terulang di kuartal II nanti, estimasi saya sekitar 12%-15% kenaikan di penjualan untuk PPRO pada kuartal II 2018," imbuhnya. Lalu untuk PT Ciputra Development Tbk (
CTRA), ia mengungkapkan bahwa mulai terlihat perbaikan penjualan dari segmen rumah tapak maupun kantor dan akan lebih terlihat lagi di kuartal II ini. "Estimasi kenaikan bisa di atas 10% dari sebelumnya 8% di kuartal I 2018," tandasnya. Untuk PT Pakuwon Jati Tbk (
PWON), Aditya bilang segmen dari pendapatan sewa cukup terlihat positif di kuartal I lalu dan posisi ini akan semakin baik di kuartal II ini. "Estimasi kenaikan penjualan berkisar 15%-20% untuk periode ini," terangnya. Rekomendasi saham Sementara itu, Direktur Utama PPRO Taufik Hidayat saat dihubungi kontan.co.id mengatakan bahwa kinerja perusahaannya mengalami peningkatan pada kuartal II tahun ini. "Terutama dari sisi laba bersih hingga Juni 2018 in tumbuh sekitar 12% dari periode yang sama tahun lalu. Jumlah penjualannya juga meningkat signifikan dibanding periode yang sama tahun lalu dan melampaui target," jelasnya. Taufik bilang rilis data kinerja kuartal II 2018 akan dikeluarkan pada Senin depan (23/7). Sementara itu, ia turut mengungkapkan bahwa perusahaannya telah berhasil menjual tiga menara apartemen di Surabaya sekaligus kepada PT Arvada Investama yaitu Grand Shamaya tower 2, Grand Dharmahusada tower 2, dan Grand Sungkono tower 4. "Selain itu, ada yang sedang dalam proses konstruksi dan ada juga yang sudah dalam tahap persiapan ground breaking," lanjutnya. Untuk belanja modal, Taufik bilang pihaknya mengalokasikan capex pada kisaran Rp1,8 triliun-Rp 2 triliun. "Capex tersebut akan fokus digunakan untuk pengembangan lahan karena cadangan lahan (landbank) yang dimiliki perseroan sudah mencukupi untuk beberapa tahun ke depan," ungkapnya. "Tahun ini, kita menargetkan top line bisa mencapai Rp 3,8 triliun hingga Rp 4 triliun, sedangkan untuk bottom line ditargetkan berkisar dari Rp 510 Miliar hingga Rp 530 miliar," tutupnya. Aditya lalu melanjutkan bahwa dengan relaksasi yang dilakukan oleh pemerintah sejauh ini maka akan ada efek yang positif untuk peningkatan penjualan rumah, apartemen dan perkantoran ke depannya. "Kenaikannya memang tidak akan seagresif 4-5 tahun yang lalu, namun akan lebih baik dari tahun lalu," jelasnya. Sementara itu, Aditya juga bilang bahwa manajemen resiko seperti utang dengan kondisi pelemahan rupiah sejauh ini dapat menekan resiko beban bunga. "Asalkan pinjaman ke pihak bank dikurangi untuk mengantisipasi resiko kenaikan suku bunga kredit. Oleh karena itu, perusahaan harus dapat memastikan rencana ekspansi agar sesuai dengan skenario pendapatan perusahaan," imbunya. Selain itu Aditya bilang, promosi harus tetap dilakukan perusahaan untuk memperbesar peluang penjualan sehingga rencana pengembangan bisnis bisa dilakukan dengan lebih terarah dan mengikuti tingkat daya beli konsumen serta proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depannya," tambahnya.
Dari sisi saham, Aditya melihat masih ada sinyal outperform, baik untuk CTRA, PWON dan PPRO. Sedangkan untuk LPKR sebaiknya lebih wait and see dahulu dan netral signal untuk LPKR. Namun, ia tetap menganjurkan agar melakukan akumulasi beli di jangka pendek. "Untuk saham LPKR boleh dibeli di harga Rp 450 per saham, PWON boleh dibeli di harga Rp 620 per saham. Sementara itu, untuk PPRO boleh dibeli di harga Rp 155 per saham dan CTRA boleh dibeli di harga Rp 1.200 per saham," tutupnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Sanny Cicilia