KONTAN.CO.ID - DUBAI/LONDON. Ismail Haniyeh, pemimpin Hamas yang tewas di Iran, dikenal sebagai sosok yang keras dalam diplomasi internasional dalam membela Palestina ketika konflik berkecamuk di Gaza, di mana tiga putranya tewas akibat serangan udara Israel. Meski sering berbicara keras, banyak diplomat melihatnya sebagai sosok yang moderat dibandingkan dengan anggota Hamas yang lebih garis keras dan didukung Iran di Gaza. Haniyeh, yang diangkat sebagai pejabat tinggi Hamas pada 2017, sering berpindah antara Turki dan Doha, Qatar, menghindari pembatasan perjalanan di Jalur Gaza yang diblokade.
Baca Juga: Profil Ismail Haniyeh, Pemimpin Hamas yang Moderat dan Tangguh Ini memungkinkannya berperan sebagai negosiator dalam perundingan gencatan senjata dan berkomunikasi dengan sekutu Hamas, Iran. "Semua perjanjian normalisasi yang Anda (negara-negara Arab) tandatangani dengan (Israel) tidak akan mengakhiri konflik ini," ujar Haniyeh di Al Jazeera setelah pejuang Hamas melancarkan serangan pada 7 Oktober. Israel merespons serangan ini dengan kampanye militer yang telah menewaskan lebih dari 35.000 orang di Gaza, menurut otoritas kesehatan setempat.