KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perbankan akan mulai mengumumkan kinerja kuartal III 2022 selama tiga minggu ke depan. Analis memperkirakan kinerja bank-bank besar akan tumbuh solid, bahkan beberapa bakal mencatatkan laba bersih lebih tinggi dari proyeksi sebelumnya. Mirae Asset Sekuritas Indonesia memperkirakan kinerja tiga bank pelat merah yakni PT Bank Mandiri Tbk (
BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (
BBRI) dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (
BBNI) akan lebih tinggi dari proyeksi konsensus. Sementara kinerja PT Bank Central Asia Tbk (
BBCA) diperkirakan akan sesuai dengan proyeksi konsensus. "BBRI akan tetap menjadi bank dengan pertumbuhan laba bersih secara tahunan terkuat, diikuti oleh BBNI, BMRI dan BBCA," tulis Handiman Soetoyo, Analis Mirae Asset Sekuritas dikutip Sabtu (15/10).
Baca Juga: Kenaikan Jumlah Investor di Pasar Modal Gairahkan Bisnis Perbankan Pertumbuhan laba bersih BBRI dan BBCA tercatat meningkat dalam beberapa bulan terakhir, sedangkan pertumbuhan laba bersih BMRI dan BBNI stabil. Mirae Asset Sekuritas memperkirakan pertumbuhan kredit perbankan akan lebih kuat pada bulan September sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang kuat, faktor musiman, dan inflasi yang tinggi, yang mengakibatkan permintaan kredit yang lebih tinggi. Secara keseluruhan, Handiman memperkirakan kenaikan margin bunga bersih (Net
Interest Margin/NIM) tidak akan signifikan karena bank tampaknya masih mempertahankan suku bunga kredit mereka untuk saat ini. Ia bilang rata-rata suku bunga kredit pada bulan Agustus tercatat 8,94%, tidak berubah dari bulan sebelumnya. Namun, Mirae Asset Sekuritas memperkirakan kenaikan imbal hasil aset akan berasal dari kenaikan imbal hasil efek-efek. Imbal hasil surat berharga sudah meningkat di tengah kenaikan bunga acuan Bank Indonesia (BI) sejak Agustus. Selain itu, suku bunga fasilitas simpangan BI juga naik. Handiman memperkirakan BBCA akan mencatatkan laba bersih Rp 28,7 triliun hingga September 2022. Margin bank ini ditaksir akan mulai meningkat karena
loan to deposit ratio (LDR) bank swasta terbesar di Tanah Air ini rendah sehingga penempatan dana pada produk
treasury meningkat.
Baca Juga: Perbankan Harus Adaptif Terhadap Perkembangan Metaverse "Laba bersih BBCA mungkin masih sejalan dengan perkiraan konsensus hingga kuartal III di tengah perlambatan yang sedang berlangsung dari biaya provisi dan percepatan pertumbuhan
top-line," kata Handiman. Bank BRI mencatatkan pertumbuhan laba terkuat hingga Agustus 2022 dibandingkan bank besar lainnya yakni tumbuh 88% secara tahunan atau
year on year (YoY). Ini ditopang oleh pertumbuhan kredit yang kuat terutama di segmen mikro, kombinasi simpanan yang baik, dan biaya provisi yang moderat. Handiman melihat pendapatan BBRI yang sudah kuat akan mendapat dorongan lagi dari PNM dan Pegadaian, yang menghasilkan aset imbal hasil yang jauh lebih tinggi. Laba bersih konsolidasi BRI diperkirakan akan mencapai Rp 39,9 triliun per September 2022. Menurut Handiman, biaya kredit atau
cost of credit (CoC) bank ini akan terus dalam tren turun, terutama setelah mempertimbangkan rencana OJK untuk memperpanjang kebijakan relaksasi restrukturisasi pinjaman satu tahun lagi. Adapun Bank Mandiri diperkirakan akan meraup laba bersih konsolidasi sebesar Rp 30,2 triliun. Handiman mengatakan, pertumbuhan laba bank ini didorong pertumbuhan
top-line yang solid, ekspansi kredit yang kuat di semua segmen, pertumbuhan Dana Pihak ketiga (DPK) yang kuat terutama CASA, COC yang kemungkinan tetap stabil, serta perbaikan kualitas aset.
Baca Juga: Dana Kelolaan Reksadana Turun Rp 10 Triliun di Bulan September Sementara pertumbuhan laba sebelum provisi BNI diperkirakan akan semakin melambat karena kenaikan pendapatan bunga bersih melandai di tengah ekspansi kredit yang masih lambat. Kemampuannya untuk meningkatkan kualitas aset akan menjadi kunci untuk mempertahankan pertumbuhan laba bersih yang kuat. Sehingga Handiman memperkirakan BNI akan mencapai Rp 13,3 triliun atau tumbuh terkuat kedua di jajaran bank besar. Mirae Asset Sekuritas yakin dengan pencadangan yang kuat terhadap rasio kredit bermasalah atau
Non Performing Loan (NPL) maupun
Loan at Risk (LAR) yang sudah dilakukan bank-bank besar ini dapat membantu mereka menjaga CoC tetap stabil ke depan. Oleh karena itu, Handiman mempertahankan
rating Overweight kami di sektor perbankan dengan BBRI, BMRI dan BBCA sebagai pilihan utama kami. "Kami lebih memilih bank dengan likuiditas yang cukup, kemampuan untuk mengembangkan aset produktif, terutama pada aset dengan imbal hasil tinggi, dan neraca dan kualitas aset yang sehat," pungkas Handiman. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .