Ini rekomendasi investor kawakan pasca IHSG rekor



KONTAN.CO.ID - Penetapan BI 7-days reverse repo rate (7DRR) langsung berpengaruh pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Melihat rekor IHSG tertinggi Rabu (23/8), investor optimis dengan portfolio saham. Namun, properti turut menjadi perhatian. Selasa (22/8), suku bunga Bank Indonesia (BI) turun 25 bps menjadi 4,5%. Sebagaimana dimuat KONTAN sebelumnya, penurunan ini akan menguntungkan sektor properti, perbankan, serta semendan konsumer. Sejalan dengan itu, investor pun mulai melirik portofolio selain saham. “Dengan penurunan suku bunga sih harusnya properti boleh diperhatikan. Saham masih cukup menjanjikan,” ujar Heryanto, managing director Gema Mulia, salah satu komunitas saham di Indoensia. Adapun properti yang dimaksud Heryanto bukanlah hunian, melainkan properti untuk tujuan komersil seperti rumah toko (ruko). Menurutnya, properti yang bersifat hunian saat ini sudah terbilang over supply. “Kecuali hunian murah ya itu buat orang yang pertama kali punya runmah itu kesempatan mereka untuk beli sebenarnya,” tutur Heryanto. Sementara itu, untuk jenis obligasi, Heryanto menilai obligasi jangka panjang akan lebih menguntungkan.

Pasalnya, kupon obligasi jangka pendekmasih mungkin untuk turun. Heryanto menambahkan, menelisik soal saham, menurutnya sektor properti dan perbankan cukup diuntungkan karena itu ia menilai saham emiten yang bergerak di dua sektor tersebut sudah layak untuk dikoleksi. Sementara itu, Linda Lee penggagas komunitas saham lainnya melihat bahwa portofolio saham masih oke. Sebagaimana pengamatannya, saham yang saat ini mulai naik yakni TINS, INCO, dan INDY. Secara sektoral, menurut Linda saham sektor tambang saat ini sedang menggiurkan untuk dikolekasi. Namun, melihat penetapan suku bunga, Linda menilai bahwa sektor properti juga pantas dilirik. Namun, Linda tetap menegaskan bahwa chart dari suatu saham masih menjadi pertimbangan utama. “Saya pemikirannya jangka panjang. Kalau misalnya di Oktober ada koreksi boleh sih tambah di reksadana. Jenisnya diversifikasi aja antara reksadana saham dan obligasi,” tambah linda Kamis ( 24/8). Bicara soal instrumen emas, baik Linda maupun Heryanto masih belum begitu tertarik. Hertyanto menilai bahwa harga emas saat ini masih cukup tinggi untuk dibeli.

Sementara itu, Linda bilang emas adalah instrumen untuk investasi jangka panjang. “Setiap ada penurunan yang cukup sigifikan itu boleh disimpan untuk jangka panjang,” ujarnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dessy Rosalina