Ini rekomendasi Mirae Asset untuk saham-saham ritel pasca PPKM mikro diperketat



KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Sektor ritel terus dihadapkan pada tantangan. Salah satunya penerapan PPKM Mikro yang kembali diterapkan pemerintah seiring kenaikan kasus Covid-19.

Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Christine Natasya, dalam risetnya, Rabu (23/6) menuturkan dengan penerapan PPKM Mikro ini, pihaknya mempertahankan pandangan netral terhadap sektor ini. Hal ini disebabkan daya beli masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah masih belum pasti dan memiliki risiko terhadap sektor ritel.

Berangkat dari sana, simak rekomendasi PT Ace Hardware Indonesia Tbk (ACES), PT Matahari Departement Store Tbk (LPPF), PT Ramayana Lestari Sentosa (RALS), dan PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) :


1. PT Ace Hardware Indonesia Tbk (ACES)

Christine menyebutkan berdasarkan kinerja indikatif kuartal I-2021 yang telah dirilis perusahaan, ACES membukukan pendapatan sebesar Rp 1,69 triliun atau turun 15,3% yoy yang dianggap di bawah perkiraannya.

Adapun sejak awal tahun pertumbuhan rata-rata penjualan per toko alias same store sales growth (SSSG) dicatatkan turun 17,5% yoy dibandingkan kuartal I-2020 yang tumbuh 2,5%. "Namun demikian, SSSG perusahaan telah terlihat rebound sejak April 2021," tulisnya.

Baca Juga: Sentimen bank digital mendorong pergerakan saham-saham bank berikut ini

Ace Hardware juga melaporkan penjualan Mei 2021 sebesar Rp 637 miliar atau tumbuh 9,9% yoy. Selanjutnya, SSSG pada Mei lalu juga tumbuh 7,6% yoy. Christine menilai SSSG positif karena PSBB pada Mei 2020, sehingga secara yoy SSSG ACES turun 5,4% hingga Mei 2021.

Terlepas dari target pasar ACES yang tangguh, Mirae Asset menilai jika rupiah terdepresiasi maka niat beli konsumen akan lebih lemah lantaran harga jual perusahaan harus diteruskan ke konsumen karena skema cost plus margin. Dengan begitu, pihaknya memperkirakan volume penjualan yang lebih rendah.

Oleh sebab itu, pihaknya menurunkan rekomendasi ACES menjadi Hold dengan target harga Rp 1.400 karena ekspektasi yang lebih rendah terkait PPKM yang berkepanjangan, high-base effect, depresiasi rupiah, dan pendapatan indikatif sampai dengan Mei 2021 yang di bawah estimasi.

"Namun demikian, kami pikir ACES tetap menjadi perusahaan pengecer paling tangguh di bawah jangkauan kami karena mempertahankan laba bersih meskipun dilanda pandemi," sebutnya.

2. PT Matahari Departement Store Tbk (LPPF)

Mirae Asset menilai, ritel offline khususnya department store menghadapi persaingan yang semakin ketat dari segmen e-commerce yang sedang berkembang. Sebabnya, beberapa platform seperti Shopee dan Lazada menawarkan produk dengan kualitas yang sama.

Selain itu juga terancam oleh persaingan peritel lokal yang menargetkan segmen berpenghasilan menengah, karena mereka sering mengimpor pakaian murah dari Cina dan Thailand. "Kami pikir daya tarik produk LPPF kepada pembeli menurun," ujarnya.

Baca Juga: Kinerja saham properti pengelola mal bergantung pada kebijakan pengetatan PPKM

Di sisi lain, LPPF berhasil menurunkan pinjaman menjadi Rp 480 miliar hingga kuartal I-2021 dari Rp 1 triliun pada 2020 lalu. Christine melihat perusahaan akan terus berupaya mengurangi pinjamannya ke depan.

Terlepas itu, perusahaan masih menjalani restrukturisasi internal yaitu melikuidasi beberapa persediaan dan menutup toko yang tidak menguntungkan yang mungkin masih memiliki risiko utang jangka pendek jika diskon dan lalu lintas ke toko tetap minimal.

Selain itu, ia menyebutkan LPPF akan menutup 13 tokonya kembali pada 2021 dari 23 toko yang masih dalam daftar pantauannya. Restrukturisasi toko offline itu terus berlanjut karena fokus perusahaan telah dialihkan ke platform digital baru yang masih membutuhkan waktu untuk membawa dampak yang berarti pada pendapatan.

Oleh sebab itu, Mirae Asset merekomendasikan Sell dengan target harga Rp 1.300.

3. PT Ramayana Lestari Sentosa (RALS)

Christine memaparkan, pada kuartal I-2021 RALS membukukan rugi bersih sebesar Rp 85,7 miliar. Hal tersebut karena penurunan pendapatan dan biaya tetap pada biaya operasional, terutama biaya sewa. Untuk pendapatan, perusahaan membukukan pendapatan kotor sebesar Rp 779 miliar atau turun 23,4% qoq dan turun 43,2% yoy.

Baca Juga: Kinerja Ramayana (RALS) terdampak pengetatan PPKM Mikro, simak rekomendasi analis

Menurutnya, capaian itu sesuai ekspektasinya. Secara keseluruhan, dia beranggapan pendapatan RALS berada di jalur pemulihannya karena persentase penurunan pendapatan yoy telah menyempit dari angka tahun lalu.

"Kami memperkirakan pemulihan RALS akan dimulai dan mencapai puncaknya di kuartal II-2021 karena kami mengantisipasi penjualan kuat di kuartal II sebesar Rp 2,3 triliun. Pendapatan juga akan terus tumbuh secara yoy di semester II-2021 meskipun pertumbuhannya bisa lebih lambat dari kuartal II," jelasnya.

Mirae Asset juga menilai kas perusahaan akan cukup, bahkan dengan pembelian kembali saham dan pembayaran dividen. Pihaknya melihat katalis rerating potensial mendekati hasil keuangan kuartal II-2021 karena efek Idul Fitri. Karenanya, ia mempertahankan Buy dengan target harga Rp 950.

4. PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI)

Christine menjabarkan, penjualan MAPI di kuartal I-2021 turun sebesar 8,4% yoy. Namun, pihaknya menganggap ini peningkatan besar dibandingkan dengan penurunan dua digit dalam tiga kuartal terakhir. Laba bersih MAPI juga mencatatkan hasil yang lebih baik dengan mencatatkan Rp 26,1 miliar dibandingkan kuartal I-2020 sebesar Rp 8,1 miliar.

Dia menilai dengan target pasar MAPI yang menyasar konsumen berpenghasilan tinggi sehingga daya beli cenderung stabil meskipun terjadi resesi ekonomi. Kinerja MAPI yang relatif kuat di kuartal I ini disebabkan oleh strategi ritel terpadu yang memanfaatkan loyalitas anggota MAP Club dan efisiensi agresif yang dilakukan selama pandemi.

Baca Juga: BPK minta BP Jamsostek jual enam saham ini

Christine meyakini selera belanja konsumen yang cukup besar di tengah PPKM di kuartal I akan berlanjut di semester II. Hal ini karena pihaknya memperkirakan musim liburan di bulan Desember akan berkontribusi kuat pada top line kuartal IV.

Karenanya, ia menegaskan kembali pandangan positifnya tentang ekonomi yang lebih baik dan kinerja perusahaan di semester II. Di sisi lain, kemitraan MAPA juga akan diperluas ke Filipina, Thailand, dan Vietnam pada tahun 2021 dalam memaksimalkan model uniknya dalam memadukan pembangunan merek yang aspiratif dan pertumbuhan pangsa pasar.

Oleh sebab itu, Mirae Asset merekomendasikan Buy dengan target harga Rp 960.

Selanjutnya: Marjin laba berpotensi tertekan, simak rekomendasi saham Surya Citra Media (SCMA)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli