KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga batubara dunia diprediksi belum akan kembali bergairah meski ada kenaikan tipis. Harga batubara berjangka Newcastle untuk pengiriman November 2019 di ICE Futures hari ini menguat 0,57% ke US$ 70 per metrik ton. Harga batubara tersebut turun 26,78% sejak awal tahun. Sedangkan harga batubara acuan (HBA) bulan Oktober 2019 tercatat berada di level US$ 64,8 per metrik ton atau turun 1,5% dari bulan September menjadi US$ 65,79 per metrik ton. Kondisi harga batubara yang menurun membuat beberapa emiten alat berat terpaksa memangkas target penjualan alat berat. PT United Tractors Tbk (
UNTR) misalnya, tahun ini memangkas target penjualan alat berat dari 4.000 unit menjadi 3.600 unit. Untuk diketahui, sudah dua kali UNTR merevisi target penjualan tahun ini. Sebelumnya, UNTR juga pernah memasang target penjualan alat berat sebanyak 4.200 unit sepanjang 2019.
Baca Juga: Tahun ini, China masih dalam jalur mendongkrak impor batubara lebih dari 10% Saat ini, UNTR belum merilis kinerja operasional untuk periode kuartal III 2019. Namun, Sekretaris Perusahaan UNTR Sara K. Loebis mengatakan pihaknya akan meninjau kembali target penjualan untuk tahun ini dan tahun depan. “Setelah kuartal III, kami akan
review kembali target tahun ini dan tahun depan,” ujar Sara kepada Kontan.co.id, Selasa (22/10). Sementara itu, PT Hexindo Adiperkasa Tbk (
HEXA) memasang target penjualan alat berat jenis ekskavator sebanyak 1.916 unit untuk tahun fiskal April 2019 sampai Maret 2020. Angka ini lebih rendah 7,4% dibanding realisasi tahun fiskal sebelumnya sebanyak 2.071 unit ekskavator. Direktur Hexindo Djonggi Gultom tak menampik penjualan alat berat tahun ini masih melemah seiring dengan melemahnya harga batubara. Djonggi bilang, periode April-September 2019, HEXA telah menjual 935 unit alat berat.
Baca Juga: Dana asing masih keluar dari pasar saham, investor tunggu kepastian kabinet President Director CSA Institute Aria Santoso menilai, harga komoditas batubara sangat mempengaruhi kinerja emiten alat berat. “Diperkirakan belum ada peningkatan kinerja yang signifikan dengan kondisi saat ini,” kata Aria kepada Kontan.co.id, Selasa (22/10). Meski demikian, ia masih merekomendasikan saham UNTR dan HEXA dengan target harga masing-masing Rp 23.500 per saham dan Rp 2.200 per saham. Kedua emiten ini mampu mencatatkan pertumbuhan kinerja pada separuh pertama 2019 meskipun saat itu harga batubara belum terangkat. Pada semester I 2019, UNTR berhasil mencatatkan kenaikan pendapatan bersih sebesar 11,22% menjadi Rp 43,31 triliun dan kenaikan laba bersih sebesar 1,82% menjadi Rp 5,57 triliun. Sementara pada tahun fiskal April 2018-Maret 2019, HEXA berhasil mencatatkan pertumbuhan laba sebesar 66,8% menjadi US$ 37,6 juta secara
year-on-year dari US$ 22,54 pada tahun buku April 2017-Maret 2018.
Baca Juga: Prospek Masih Suram, Emiten Penjual Alat Berat Mengatur Siasat Sedangkan Aria menyarankan investor untuk
wait and see saham PT Intarco Penta Tbk (
INTA) dan PT Kobexindo Tractors Tbk (
KOBX). “Untuk INTA dan KOBX risiko lebih terukur ketika ada sentimen kenaikan harga komoditas batubara,” lanjutnya.
Sementara itu, Analis Panin Sekuritas William Hartanto merekomendasikan untuk
wait and see semua saham emiten alat berat. Sebab ia menilai, emiten alat berat masih rawan terkena sentimen negatif yakni harga batubara yang cenderung menurun. “
Wait and see, sebab masih jauh dari
support dan sentimen masih negatif,” kata William. Pada penutupan perdagangan hari ini, saham UNTR menguat 3,49% ke level Rp 21.500 per saham. Sementara itu, saham HEXA terkoreksi tipis 0,34% ke level Rp 2.930 per saham. Hal yang berbeda terjadi pada saham KOBX dan INTA yang sama-sama bergeming pada perdagangan hari ini. Saham KOBX ditutup pada level Rp 148 per saham sementara saham INTA ditutup pada level Rp 460 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati