Ini Rekomendasi Saham Emiten yang Mendapat Dukungan dari Pelemahan Harga Gandum



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga gandum global terlihat masih dakam tren pelemahan. Melansir Trading Economics, Jumat (8/3) harga gandum turun 12,47% secara bulanan dan turun 21,55% secara tahunan menjadi US$ 522,07 per gantang.

Research Analyst Phintraco Sekuritas Arsita Budi Rizqi mengatakan, secara umum, sentimen yang mempengaruhi pergerakan harga gandum global karena adanya peningkatan produksi gandum global di sejumlah negara penghasil gandum terbesar, sehingga mampu menekan harga gandum secara signifikan.

Adapun penyebab lainnya yaitu negara importir besar gandum dari Uni Eropa, Aljazair, melakukan pembelian sekitar 870.000 – 900.000 metrik ton gandum giling pada tender internasional pada Selasa (5/3) dengan harga yang sangat rendah yaitu US$ 228 dari harga bulan Januari sebesar US$ 265,50 per ton. 


"Dengan harga gandum yang sangat rendah, sumber gandum tersebut diperkirakan berasal dari wilayah Laut Hitam, termasuk Rusia. Dengan demikian, harga kontrak berjangka gandum mengalami tekanan signifikan akibat jatuhnya harga gandum dari Rusia dan eksportir Laut Hitam lainnya," kata Arsita kepada Kontan.co.id, Kamis (7/3).

Di sisi lain, Rusia yang merupakan salah satu negara eksportir gandum terbesar di dunia diperkirakan mengekspor 51 juta metrik ton gandum pada Januari. Lebih tinggu dari ekspor di tahun sebelumnya yang sebesar 47,5 juta metrik ton. 

Baca Juga: Kinerja Mayora Indah (MYOR) Terdongkrak Momen Ramadan, Cermati Rekomendasi Analis

Sementara itu, ekspor biji-bijan di Ukraina naik 11,5% (termasuk gandum) per Februari 2024. Adapun peningkatan produksi ini juga terjadi di Irak dan Argentina. 

"Kami melihat bahwa penurunan pada harga gandum secara moderat hanya akan berlangsung dalam jangka pendek," tuturnya.

Sementara itu, outlook jangka panjang masih mempertimbangkan sejumlah faktor seperti intensitas yang berlanjut di Laut Hitam, permintaan gandum global, serta faktor cuaca yang akan mempengaruhi masa panen dan pasokan gandum.

Adapun penurunan harga gandum ini turut memberikan dampak pada sejumlah emiten. Arsita melihat, emiten yang menerima dampak paling signifikan yaitu PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) dan anak perusahaannya yaitu PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP).

Kemudian PT Mayora Indah Tbk (MYOR) yang juga terkena dampak, namun secara terbatas. Untuk emiten INDF, volatilitas harga gandum diprediksi akan berpengaruh terhadap pendapatan serta beban pokok penjualan atau COGS. 

Berdasarkan laporan keuangan terakhir yaitu kuartal III-2023, proporsi segmentasi penjualan portofolio INDF adalah Consumer Branded Product sebesar 60,80% dan segmen Bogasari dengan alokasi 22,13% dari pendapatan. 

 
INDF Chart by TradingView

Adapun kedua segmen tersebut berkaitan erat dengan bahan baku gandum sehingga volatilitas serta supply chain gandum global akan berpengaruh terhadap biaya bahan baku hingga marjin perusahaan.

Dampak yang dirasakan oleh INDF, juga dirasakan secara signifikan pada ICBP yang memiliki proporsi pendapatan terbesar ada pada segmen mie instan mencapai 72,46% (pada kuartal III-2023) dari total pendapatan perusahaan.

"Sementara itu, kami melihat bahwa MYOR juga berdampak, tetapi hanya terbatas karena alokasi produk makanan serta minuman mereka cukup beragam," lanjutnya.

Adapun dampak dari penurunan harga gandum akan berdampak positif terhadap penurunan biaya bahan baku sehingga memungkinkan perusahaan untuk meningkatkan marjin mereka, seperti ICBP yang mampu meningkatkan laba bersihnya di segmen Mie Instan mencapai 25,57% secara YoY. 

Sementara itu, dampak pada INDF cenderung beragam dengan segmen Consumer Branded Product mencatatkan kenaikan sebesar 24,71% secara YoY, sementara itu laba bersih dari segmen Bogasari mengalami penurunan mencapai 17,43% YoY.

Penurunan laba bersih dari Bogasari dikarenakan harga jual rata-rata produk cenderung rendah sebagai respons atas penurunan harga bahan baku gandum di kuartal III-2023.

Baca Juga: Bukit Asam (PTBA) Membidik Penjualan 43,1 Juta Ton Batubara Tahun 2024, Naik 16,48%

Sementara itu Research Analyst Reliance Sekuritas Indonesia, Ayu Dian menilai penurunan pada harga gandum lebih didorong oleh supply yang lebih tinggi dan persaingan dari pasokan black sea bahkan di tengah masih tingginya konflik di wilayah Timur Tengah.

Harga gandum juga dinilai masih melanjutkan tren pelemahannya dan hal ini juga mulai tercermin pada kinerja keuangan konsumer, di mana MYOR sendiri pada tahun buku 2023 mencatatkan pertumbuhan margin akibat penurunan pada beban pokok. 

"Kami melihat margin emiten konsumer masih akan mengalami perbaikan di tengah harga komoditas gandum yang masih akan melanjutkan penurunan namun volume penjualan khususnya ekspor berpotensi untuk tumbuh terbatas di tengah outlook pelemahan ekonomi global," kata Ayu kepada Kontan.co.id, Kamis (8/3).

Secara teknikal Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana merekomendasikan wait and see terhadap saham INDF dengan support Rp 6.300 dan resistance Rp 6.475. Lalu, ia merekomendasikan wait and see pada saham MYOR dengan support Rp 2.260 dan resistance Rp 2.410.

Kemudian Herditya juga merekomendasikan speculative buy pada saham ICBP dengan support Rp 10.550 dan resistance Rp 11.000 serta dengan target harga Rp 11.150-Rp 11.275 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari