KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (
MTEL) atau yang biasa dikenal dengan Mitratel masih akan agresif melakukan ekspansi anorganik untuk mengakuisisi fiber optic di sisa tahun ini. Direktur Investasi Dayamitra Telekomunikasi Hendra Purnama menyampaikan pihaknya telah merampungkan proses negosiasi dengan suatu perusahaan terkait jual beli aset fiber optic. Rencananya, hasil akuisisi ini akan diumumkan pada Desember 2024. Hendara masih enggan menjabarkan jangan fiber optic dan dana yang digelontorkan untuk akuisisi ini.
"Nanti akan ada yang kami umumkan karena sudah ada transaksi yang selesai untuk ekspansi fiber optic secara anorganik," jelas Hendra saat ditemui di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (8/11). Namun yang pasti, MTEL bukan mencaplok aset fiber optic milik PT Indosat Tbk (
ISAT) maupun PT Link Net Tbk (
LINK). Entitas usaha PT Telkom Indonesia Tbk (
TLKM) masih terus menimbang atas dua penawaran tersebut.
Baca Juga: Tumbuh Signifikan, Mitratel (MTEL) Bakal Genjot Bisnis Fiber Optik "Link Net mungkin tidak cocok dengan portofolio kami. Indosat juga aset masih beragam dan lebih kepada backbone, sedangkan kami fokus di Fiber To The Tower (FTTT)," kata Hendra. Rencananya, aset yang bakal dijual ISAT merupakan fiber optic campuran, termasuk submarine, backbone dan Fiber To The Home (FFTH), yang mana aset-aset itu tidak masuk dalam area utama Mitratel. Bisnis fiber optik mengalami pertumbuhan 89,5% pada periode Januari–September 2024. Padahal, entitas Grup Telkom ini baru menggarap bisnis fiber optik sejak 2022 artinya baru dua tahun berjalan. Hingga kuartal III-2024, total fiber optik Mitratel mencapai 39.714 kilometer (km). Jumlah itu lebih panjang sebesar 36,7% dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya. Direktur Utama Mitratel Theodorus Ardi Hartoko menyampaikan walaupun bisnis fiber optic baru berkontribusi 4% dari total pendapatan, lini bisnis ini terus menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. "Ke depan kami fokus mengembangkan bisnis fiber optic, selain tetap meningkatkan market share di bisnis menara dan memacu penerapan teknologi mutakhir di seluruh lini bisnis," jelas pria yang akrab dipanggil Teddy ini. Per September 2024, MTEL meraup pendapatan sebesar Rp 6,81 triliun. Raihan tersebut meningkat 8,69% secara tahunan atau Year on Year (YoY) dari Rp 6,27 triliun per September 2023. Dari sisi bottom line, laba tahun berjalan entitas Grup Telkom ini mencapai Rp 1,53 triliun hingga kuartal III-2024. Raihan itu tumbuh 7,14% secara tahunan dari Rp 1,43 triliun.
Niko Margaronis, Equity Research Analyst BRI Danareksa Sekuritas menyematkan rekomendasi beli untuk saham Mitratel. Alasannya, MTEL mempunyai posisi pasar yang kuat dan valuasi yang rendah. "Peringkat beli kami pertahankan karena MTEL memiliki prosil pertumbuhan yang tangguh dengan potensi kenaikan valuasi dari kemungkinan penurunan suku bunga," jelasnya dalam riset yang dirilis, Senin (4/11).
BRI Danareksa Sekuritas turut mengerek target harga MTEL dari Rp 960 per saham menjadi Rp 1.000 per saham. Hingga akhir perdagangan Jumat (8/11), MTEL parkir di level Rp 585 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari