Ini Rekomendasi Saham Semen Indonesia (SMGR) yang Diproyeksi Cetak Kenaikan Penjualan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Prospek kinerja PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) diramal positif di semester kedua 2023. SMGR didukung harga jual yang kompetitif dan potensi permintaan yang lebih tinggi dari pembangunan Ibu Kota Negara (IKN), Nusantara.

Research Analyst Panin Sekuritas Aqil Triyadi masih optimis terhadap kinerja SMGR di tahun 2023 dengan potensi pertumbuhan pendapatan sebesar 3%-6% year on year (YoY). Hal itu seiring ruang kenaikan harga jual rata-rata alias Average Selling Price (ASP).

Selain itu, permintaan diharapkan sedikit membaik dari semen curah (bulk) karena pembangunan kembali berjalan di beberapa daerah, khususnya di IKN. SMGR juga menargetkan tambahan pasar ekspor untuk memperbaiki kinerja.


“Ke depannya kinerja SMGR bakal terus meningkat yang didukung posisinya sebagai pemimpin pasar dan potensi permintaan dari proyek pembangunan strategis nasional yang kembali berjalan setelah pelonggaran PPKM,” kata Aqil kepada Kontan.co.id, Rabu (12/7).

SMGR sejauh ini masih memegang pangsa pasar terbesar di Indonesia yakni sekitar 50%, diikuti PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) sekitar 25%, dan semen Conch yang berasal dari China masuk ke dalam urutan ketiga dengan komposisi 7,1%.

Baca Juga: Kebutuhan Semen Meningkat, Intip Rekomendasi Saham Semen Indonesia (SMGR)

Semen Indonesia juga bakal didukung potensi permintaan yang lebih tinggi di sisa tahun ini. Potensi tersebut bisa terealisasi mengingat anggaran infrastruktur Pemerintah terpantau naik di tahun 2023 menjadi Rp 392 triliun, atau lebih tinggi dari tahun 2022 senilai Rp364 triliun.

Aqil menyebutkan, pemanfaatan sebagian dana infrastruktur akan digunakan untuk pembangunan Ibu Kota Nusantara, infrastruktur konektivitas, penyediaan Teknologi Informasi dan Komunikasi, Percepatan pembangunan Jalan Tol Sumatera, LRT Jabodetabek, Pembangkit Listrik, dan lain-lain.

Kementerian PUPR sendiri mencatat sebanyak 31 paket pekerjaan tengah berjalan di IKN, antara lain pekerjaan land development, hunian pekerja, jalan logistik, jalan tol, embung dan drainase, intake air baku, kantor kementerian koordinator, sumbu kebangsaan, kompleks kantor, serta istana negara.

Aqil memandang, kinerja SMGR ke depannya turut dibantu keberhasilan dalam melakukan efisiensi, sehingga mampu mencatatkan pertumbuhan laba double digit di tengah kenaikan inflasi dan suku bunga. Serta, didukung keberhasilan SIG untuk mengamankan batu bara Domestic Market Obligation (DMO) secara penuh.

Di tengah era kenaikan suku bunga, SMGR berhasil menurunkan beban keuangan menjadi Rp 327 miliar atau lebih rendah 26,2% YoY pada kuartal I-2023. Hal itu seiring upaya semen Indonesia menurunkan tingkat utang, dengan net gearing membaik ke level 0,16 kali pada kuartal I-2023 dibandingkan 0,35 kali pada kuartal pertama tahun lalu.

SMGR berhasil melakukan efisiensi selama periode Januari-Maret 2023, dimana beban penjualan turun menjadi Rp 623,8 miliar atau turun 14,4% YoY, biaya ongkos angkut juga turun 26,3% YoY menjadi Rp 419 miliar. Dengan demikian, SMGR membukukan laba bersih kuartal I-2023 sebesar Rp 562 miliar yang lebih rendah 21,4% QoQ, namun meningkat 11% YoY.

 
SMGR Chart by TradingView

Adapun SMGR mencatatkan pendapatan sebesar Rp 8,9 triliun selama kuartal pertama tahun ini, terpantau turun 19,5% QoQ namun berhasil naik 4,5% YoY. Segmen pendapatan semen turun tipis 0,8% YoY menjadi Rp 7,2 triliun di kuartal I-2023.

Emiten semen pelat merah tersebut mencatatkan volume penjualan sebanyak 9,3 juta ton semen atau lebih rendah 2,3% YoY di triwulan pertama 2023. Hal itu disebabkan oleh penurunan penjualan semen domestik sekitar 6,3% YoY menjadi 7,4 juta ton, sementara penjualan semen regional naik menjadi 1,9 juta ton atau tumbuh 16,4% YoY.

Penurunan disebabkan oleh curah hujan yang cukup tinggi, sehingga mengakibatkan penurunan permintaan 6,3% Ytd hingga kuartal I-2023. Sementara itu, ASP campuran untuk pasar domestik naik 7,7% Yoy menjadi Rp 956 ribu per ton.

Kendati demikian, Aqil melihat potensi peningkatan volume penjualan SMGR yang didorong oleh langkah akuisisi. Pada 2019 volume penjualan semen SMGR terpantau meningkat signifikan menjadi 42,6 juta ton atau naik 28,5% YoY pasca akuisisi PT Solusi Bangun Indonesia Tbk (SMCB).

EBITDA SMGR tercatat sebesar Rp 8,5 triliun di kuartal I-2023. Tren EBITDA yang cukup tinggi ini terus berlanjut seiring dengan akuisisi yang dilakukan SMGR sejak tahun 2019 terhadap SMCB. Belum lama ini, SMGR juga baru saja mengakuisisi PT Semen Baturaja Tbk (SMBR) senilai Rp 2,8 triliun.

Secara historis, Aqil turut mencermati selalu terjadi peningkatan volume penjualan semen pada semester kedua. Hal itu diperkirakan karena waktu kerja atau working days yang lebih banyak dibandingkan semester 1, menyusul adanya pekerjaan yang terpotong momen puasa dan libur lebaran.

Disamping itu, pada semester kedua biasanya cukup banyak proyek pembangunan yang akan dieksekusi. Hal itu tercermin pada data empat tahun terakhir di semester 2 yang selalu mencatatkan penjualan semen lebih tinggi dibandingkan semester 1.

Hanya saja, waspadai pengeluaran biaya angkut yang lebih tinggi dari penerapan kebijakan ODOL (Over Dimension & Over loading) bisa menjadi risiko utama. Hingga saat ini kebijakan ODOL memang belum ada regulasi yang mengatur, namun sanksi terhadap pelanggaran kendaraan angkutan barang yang memilki kapasitas diluar batas tetap dilakukan.

Kebijakan ODOL akan cukup berdampak pada segi biaya. Sebagai catatan, biaya angkut berkontribusi sekitar 6% - 12% dari total pendapatan perusahaan semen.

“Jadi jika kebijakan ODOL ini dilakukan secara ketat tentunya akan menekan margin perusahaan,” ungkap Aqil.

Baca Juga: Penjualan Semen Rebound pada Mei, Simak Rekomendasi Saham Emiten Semen Berikut Ini

Patut diperhatikan juga kondisi sektor semen yang masih oversupply, di tengah ketatnya persaingan antara produsen semen domestik. Permintaan yang cenderung flat, ditambah penambahan pabrik di beberapa wilayah Jawa Tengah dan Kalimantan akan mendorong pasokan semakin banyak.

Aqil menambahkan, pengembang properti pun masih wait & see untuk agresif kembali dalam menambah produk seiring dengan kondisi suku bunga, dan memasuki masa pemilu 2024.

Kabar baiknya, harga komoditas nampaknya tidak lagi menjadi perhatian utama karena beberapa harga komoditas saat ini sedang mengalami penurunan. Disisi lain, ada harapan permintaan semen perlahan membaik seiring beberapa pembangunan yang masih dilakukan oleh Pemerintah.

Atas pertimbangan tersebut, Panin Sekuritas masih optimistis terhadap SMGR sebagai pemegang pangsa pasar terbesar di industri semen. Aqil merekomendasikan beli untuk SMGR dengan target harga sebesar Rp 8.125 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari