KONTAN.CO.ID – JAKARTA. PT Vale Indonesia Tbk (
INCO) optimistis mencapai target produksi setahun penuh pada tahun ini di kisaran 70.000 ton nikel dalam matte. Optimisme ini berkaca pada moncernya kinerja operasional INCO per akhir September 2023. Sepanjang sembilan bulan pertama 2023, INCO memproduksi 51.644 ton nikel dalam matte. Realisasi ini naik 17,6% dari produksi di periode yang sama tahun lalu yang hanya 43.907 ton nikel dalam matte. Pada kuartal ketiga 2023 saja, INCO memproduksi 17.953 ton nikel dalam matte. Angka ini naik 2,5% dari produksi kuartal ketiga 2022 yang sebesar 17.513 ton nikel matte. Realisasi ini juga naik 6% dari produksi di kuartal kedua 2023 yang sebesar 16.922 ton nikel dalam matte.
Hasil positif ini sejalan dengan strategi pemeliharaan yang telah diterapkan sebelumnya. Peningkatan ini tidak lepas dari keberhasilan kembalinya kinerja tungku atau furnace 4 secara optimal setelah menjalani pembangunan kembali alias
rebuilding tahun lalu. “Selain itu ada faktor stabilitas operasi, produktivitas alat, dan kualitas bijih juga mendukung (produksi),” terang Bernardus Irmanto, Chief Financial Officer Vale Indonesia kepada Kontan.co.id, Minggu (22/10).
Baca Juga: Naik 17,6%, Vale Indonesia (INCO) Produksi 51.644 Ton Nikel hingga Kuartal III Irmanto meyakini, kinerja INCO tahun ini akan cukup baik, walaupun memang harga nikel tidak setinggi tahun lalu. Selain didukung oleh kinerja produksi yang membaik, INCO juga melakukan sejumlah strategi, salah satunya beralih
(switching) ke batubara, yang menjadi salah satu upaya untuk mengontrol biaya energi. Irmanto menyebut, fleksibilitas penggunaan batubara dan minyak adalah salah satu keunggulan operasional yang dimiliki oleh INCO. Selain mengontrol penggunaan batubara dan minyak, INCO juga memiliki beberapa inisiatif seperti mengurangi intensitas energi per ton nikel, serta mengoptimalkan proporsi penggunaan batubara dengan nilai kalori rendah dengan batubara kalori tinggi dalam proses produksi. Irmanto menyebut INCO masih menghitung estimasi proyeksi produksi untuk tahun 2024. “Untuk proyeksi belum bisa disampaikan, masih dalam proses
budgeting,” ujar dia.
Analis BRI Danareksa Sekuritas Hasan Barakwan menyematkan rating overweight di sektor nikel. Hasan memperkirakan harga nikel kelas 1 seperti mixed hydroxide precipitate (MHP), nikel sulfat (NiSO4), dan nikel matte serta dan nikel kelas 2 akan stabil di sisa tahun ini, di tengah ekspektasi peningkatan permintaan dari industri stainless steel dan prekursor baterai listrik. Dus, di tengah ekspektasi stabilnya harga nikel dan margin, Hasan melihat kinerja emiten sektor nikel di paruh kedua 2023 akan lebih didorong oleh peningkatan volume produksi. Hasan merekomendasikan
buy saham INCO dengan target harga Rp 7.000 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari