Ini rencana bisnis Nusantara Infrastructure (META) tahun ini



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Nusantara Infrastructure Tbk (META) masih akan mencurahkan kinerjanya tahun ini untuk pembangunan jalan tol yang mereka inisiasi di Makassar, Sulawesi Selatan. 

“Saat ini kami masih prioritaskan untuk pembangunan di ruas tol layang A.P. Pettarani. Hingga saat ini mungkin sudah 30% progres pembangunannya,” kata General Manager Corporate Affairs META Deden Rochmawaty kepada Kontan.co.id, Selasa (21/5).

Deden mengatakan hingga saat ini progres pembangunan ruas tol tersebut masih pada tahap penanaman tiang pancang. “Karena tol yang kami bikin itu modelnya elevated,” jelasnya. 


Jalan tol itu dibangun untuk menyambung jalan tol BMN Makassar milik META. Nantinya tol tersebut dapat dimanfaatkan oleh warga Makassar untuk menuju Bandara Hasaanudin menuju pusat kota begitu juga sebaliknya.

Ruas jalan tol Pettarani itu sendiri memiliki panjang 4,3 kilometer. META memproyeksikan ruas tol tersebut dapat beroperasi pada semester II tahun 2020. Deden mengungkap nilai investasi ruas tol tersebut mencapai Rp 2,2 triliun. “Sedangkan hingga saat ini sudah terserap sekitar Rp 300 miliar,” ungkap Deden.

Untuk pembiayaan proyek itu, Deden mengatakan pihaknya memanfaatkan beberapa opsi, tak terkecuali pinjaman dari bank. “Sekitar 70% dari bank. Sedangkan 30% dari ekuitas kami,” tutur Deden. Untuk pinjaman bank, Deden mengungkapkan perusahaannya mendapatkan dana pinjaman sebesar Rp 1,6 triliun dari Bank Central Asia (BCA).

Nantinya META akan menetapkan tarif tol tersebut di kisaran Rp 9.500. Meski begitu pihaknya harus bersabar. Hal itu lantaran perusahaannya memproyeksikan baru bisa mengalami break event point setelah 8 tahun tol tersebut beroperasi.

Meski fokus pada tol, META juga tidak lantas meninggalkan unit perusahaannya yang lain. Dari unit bisnis penyediaan air bersih misalnya, META juga masih akan terus melakukan ekspansi. Baik dengan menambah kapasitas unit penyedia yang sudah ada maupun dengan mengakuisisi perusahaan penyedia air bersih lainnya.

“Secara konservatif ada kemungkinan kami bisa menambah satu lagi portofolio. Entah dengan mengakuisisi perusahaan greefields maupun dengan membangun yang baru,” jelas Deden.

Untuk lokasinya, Deden sendiri belum mau membuka kepada publik. Hal tersebut lantaran persaingan bisnis penyedia air bersih ia katakan semakin ketat dalam kurun waktu 2 hingga 3 tahun terakhir.

Deden mengatakan untuk sektor tersebut, pihaknya sudah menyiapkan capital expenditure atau biaya belanja modal sebesar Rp 100 miliar. Hal itu disiapkan META supaya lini bisnis air bersih bisa menyumbang 15% pendapatan perusahaan sepanjang tahun ini. “Karena tahun lalu untuk sektor ini sudah menyumbang sekitar 10% dari pendapatan kami,” kata Deden.

Sepanjang tahun 2018 lalu perusahaan mencatatkan pendapatan sebesar Rp 782 miliar. Sebesar 64,61% pendapatan itu disumbang oleh tol. Sedangkan lini bisnis menyumbang sekitar 10%. Untuk lini bisnis energi sendiri, menyumbang sekitar 30% dari total pendapatan tersebut.

Selama kuartal I tahun ini, baik dari segi laba maupun pendapatan perusahaan mengalami penurunan. Tercatat pendapatan perusahaan selama kurun waktu tersebut sebesar Rp 155, 27 miliar. Jumlah tersebut turun sekitar 21,71% dibanding kuartal I tahun lalu dimana pendapatan perusahaan mencapai Rp 198, 33 miliar.

Dari segi laba, perusahaan juga mencatatkan penurunan tipis sebesar 1,59%. Pada triwulan pertama tahun 2019, perusahaan mencatat laba sebesar Rp 37, 03 miliar. Sedangkan pada periode yang sama di tahun lalu, laba perusahaan tercatat sebesar Rp 37,63 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .