KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kondisi kelebihan pasokan
(oversupply) tidak mematahkan langkah beberapa emiten semen untuk mengembangkan usaha dan ekspansi tahun ini. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (
INTP) misalnya. Konstituen Indeks
Kompas100 ini mengalokasikan belanja modal atau
capital expenditure (capex) hingga Rp 1,4 triliun atau naik 40% dibandingkan capex tahun lalu yang hanya mencapai Rp 1 triliun. Antonius Marcos, Sekretaris Perusahaan Indocement mengatakan, INTP akan menggunakan capex ini untuk beberapa proyek, antara lain untuk penyelesaian proyek fasilitas refused derived fuel (RDF) atau pengolahan sampah menjadi bahan bakar di pabrik Citeureup, Jawa Barat.
Baca Juga: Perusahaan semen berharap moratorium izin pabrik baru dan pengetatan impor semen Indocement juga akan menggunakan capex untuk penyelesaian proyek tambang batu di Pamoyanan, Bogor dan instalasi
bag filter di beberapa pabrik. Emiten ini pun akan mengalokasikan belanja modal untuk instalasi pembangkit milik Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan revitalisasi turbin di Plant Tarjun, Kalimantan Selatan. “Semua pendanaan tersebut berasal dari kas internal,” ujar Antonius kepada Kontan.co.id. Tahun lalu, INTP berhasil menjual 18,1 juta ton semen. Tahun ini, INTP berharap penjualan semen dapat tumbuh setidaknya 3%-4% dari tahun lalu. Sementara itu, PT Semen Baturaja Tbk (
SMBR) mengalokasikan capex Rp 150 miliar. Berdasarkan catatan Kontan.co.id, jumlah ini turun dibanding alokasi capex tahun lalu yang mencapai Rp 800 miliar. VP Corporate Secretary Semen Baturaja, Basthony Santri mengatakan, pihaknya akan menggunakan capex untuk pengembangan tambang Pelawi yang hasilnya akan dipasok ke pabrik baru SMBR yakni Baturaja II.
Baca Juga: Aturan zero ODOL, memberatkan emiten semen, menguntungkan emiten logistik Emiten semen pelat merah ini juga akan menggunakan belanja modal untuk rekondisi jalur emplacement 3 situs serta persiapan Pabrik Baturaja III. Rencananya, pabrik anyar yang terletak di Jambi tersebut akan memiliki kapasitas produksi 2 juta ton semen per tahun. Tahun ini, emiten yang berbasis di Sumatra Selatan tersebut menargetkan penjualan mencapai 2,6 juta ton semen. Target penjualan ini meningkat sekitar 22,8% dari target penjualan tahun 2019 sebanyak 2,1 juta ton. Sementara itu, emiten semen pelat merah lainnya, yakni PT Semen Indonesia Tbk (
SMGR) mengalokasikan capex hingga Rp 2 triliun tahun ini. Direktur Keuangan Semen Indonesia Doddy Sulasmono Diniawan mengatakan, capex yang berasal dari kas internal ini akan digunakan untuk
maintenance (perawatan) berkala. SMGR juga akan menggunakan belanja modal untuk pengembangan produk hilir.
Baca Juga: Indocement (INTP) menilai zero ODOL berpotensi naikkan biaya distribusi semen Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta mengatakan bahwa emiten semen sedang dibayangi kondisi
oversupply. Namun, komitmen pemerintah untuk membangun infrastruktur dinilai mampu meningkatkan permintaan akan produk semen. Nafan menilai, salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh emiten-emiten semen untuk mengatasi masalah kelebihan pasokan adalah dengan ekspansi ke pasar baru khususnya yang berorientasi ekspor. “Ekspor juga berfungsi dalam rangka meningkatkan kinerja penjualan,” terang Nafan kepada Kontan.co.id, Kamis (20/2). Selain itu, emiten semen juga dinilai perlu melakukan efisiensi biaya guna meningkatkan kinerja. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati