Ini rencana IPO dan rights issue sejumlah bank di tahun politik



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah perbankan masih akan gencar mencari pendanaan di pasar modal lewat Initial Public Offering (IPO) maupun rights issue tahun ini guna memperkuat permodalan. Tahun politik rupanya tidak menjadi kekhawatiran bagi mereka.

PT Bank Kesejahteraan Ekonomi (BKE) misalnya berencana melakukan IPO tahun ini. Rencananya, aksi korporasi tersebut abak direalisasikan antara April -Juni mendatang. "Kami berani IPO karena market memang lagi bagus. Tahun politik tidak jadi masalah bagi kami, selama tidak ada ricus kondisi pasar tetap akan positif." kata Direktur Utama BKE Sasmaya Tuhuleley pada KONTAN, Jumat (8/2).

Saat ini proses persiapan IPO BKE tersebut tengah dalam proses. Perusahaan telah menunjuk dua sekuritasa sebagai penjamin emisi atau under writer yang akan mengawal aksi korporasi tersebut yakni Bahan Sekuritas dan Mirae Asset Sekuritas.


IPO Bank Kesejahteraan Ekonomi ini akan menggunakan laporan keuangan Desember 2018. Dana dari penawaran saham perdana itu akan dipakai untuk penguatan modal mereka dalam mendukung penyaluran kredit di sektor koperasi PNS, pensiun, Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) dan kontruksi perumahan.

Sebelumnya disebutkan, BKE menargetkan dapat menghimpun dana segara sekitar Rp200 miliar-Rp300 miliar dari IPO tersebut. Hanya saja, Sasmaya belum bersedia menyebutkan jumlah saham yang akan dilepas ke publik.

Tahun ini, akan mulai gencar mengembangkan penyaluran KPR. "KPR ini bisa memperluas bisnis kita yang lain. Sebetlnya kami dulu adalah bank terbesar ketiga sebagai penyalur KPR tetapi berhenti 10 tahun yang lalu dan sekarang mau kami genjor lagi." jelas Sasmaya.

Ke depan, BKE menargetkan KPR dan konstruksi perumahan bisa menyumbang porsi lebih dari 10% terhadap total portofolio kredit mereka. Namun, mayoritasnya tetap diharapkan dari koperasi PN 50%, kredit pensiun 40%.

BKE tahun ini menargetkan penyaluran kredit tumbuh 15%, meningkat dari tahun lalu yang hanya tumbuh 7%. Performa bank ini selama tahun 2018 memang melempen akibat permodalan yang kurang memadai. Awalnya, mereka menargetkan pertumbuh 25%, namun realisasinya jauh dibawah target. Padahal tahun-tahun sebelumnya, pertumbuhan kredit BKE sekitar 30%.

Seusai IPO, BKSE juga beencana untuk menerbitkan surat utang pada semester II 2019 dengan target dana sekitar Rp 200 miliar-Rp 300 miliar. Alternatif yang dijajaki antara negotiable certificate of deposit (NCD) dan MTN.

Selain BKE, PT Bank China Construction Bank Indonesia Tbk (MCOR) juga merencanakan aksi korporasi tahun ini. Bank yang akrab disebut CCB Indonesia ini berencana melakukan right issue tahun ini guna memperkuat permodalan sehingga naik BUKU dari II ke BUKU III. Saat ini modal inti bank ini masih sekitar Rp 2,6 triliun.

Andreas Basuki, Sekretaris Perusahaan Bank CCB Indonesia mengatakan, update rencana right issue dan target dana yang ingin dihimpun belum bisa disampaikan. "Belum waktunya disampaikan ke publik." ujarnya.

Sebelumnya Direktur Keuangan CCB Indonesia, Chandra N T Siagian mengatakan, managemen tengah mempersiapkan rencana right issue itu dan diharapkan dalam waktu dekat akan menyampaikan rencana tersebut ke OJK serta akan segera meminta restu dari Rapat Umum Pemegang Saham(RUPS).

Kemudian ada juga PT Bank MNC Internasional Tbk yang sudah mengagendakan rencana penambahan modal. Dua cara yang disiapkan oleh emiten bersandi saham BABP ini, yaitu penambahan modal dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau rights issue, dan penambahan modal tanpa HMETD atau private placement.

Untuk right issue, BABP akan menerbitkan sebanyak-banyaknya 4,12 miliar saham seri B dengan nilai nominal Rp 50, disertai dengan penerbitan waran seri V sebanyak-banyaknya 6,18 miliar dengan setiap satu waran seri V dapat ditukar dengan satu saham seri B dengan nilai nominal 50 rupiah.

Berdasarkan keterbukaan informasi BABP, Kamis (31/1), seluruh dana yang diperoleh dari rights issue ini akan digunakan untuk memperkuat struktur permodalan dalam rangka mendukung target untuk meningkatkan aset produktif antara lain melalui pemberian kredit, penempatan dana dan pembelian surat berharga dengan tetap memperhatikan ketentuan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM).

Lewat private placement, Bank MNC akan menjual sebanyak-banyaknya 2,17 miliar saham, yang jumlahnya setara dengan 10% dari seluruh saham yang telah ditempatkan dan disetor penuh di dalam perusahaan ini.

Adapun PT Bank Pembangunan Daerah (BPD) Sulawesi Utara-Gorontalo (SulutGo) menunda rencana untuk melantai di bursa saham tahun ini. Namun, Jeffry A.M. Dendeng, Direktur Utama Bank SulutGO tidak bersedia menyebutkan alasan penundaan tersebut.

Sementara untuk memperkuat permodalan, Bank SulutGo berencana untuk melakukan penerbitan surat utang dan mengharrapkan injeksi modal dari pemegang saham. "Tahun ini kami akan terbitkan obligasi dan diharapkan ada setoran modal dari pemegang saham." ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Azis Husaini