Ini resep produsen ponsel hadapi persaingan pasar



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Potensi jumlah konsumen Indonesia menjadi salah satu pasar utama bagi produsen ponsel. Apalagi saat ini semua merek menawarkan produk dan harga yang setara. CEO Xiaomi Lei Jun menyatakan untuk bisa menguasai pasar ponsel di global pihaknya punya strategi agar harga jual kompetitif serta produk tetap bersaing. Lewat investasi di bahan baku serta pengembangan dan riset (R&D).

"Untuk marketing, distribusi, penjualan kami tidak investasi. Bahkan profit marjin pun kami tidak ambil," tutur Lei Jun beberapa saat lalu. Menurutnya hal itu membuat perusahaan menghemat pengeluaran. Sehingga perusahaan bisa terus mengembangkan produk baru. Egidius Situmorang, Retail Marketing Director PT Samsung Electronics Indonesia mengatakan saat ini pihaknya terus menargetkan semua segmen. Hal ini tentu supaya mengejar target penjualan yang maksimal.

"Masing-masing segmen punya karaterisitik yang berbeda dan kami punya solusinya," kata Egidius akhir pekan lalu. Untuk itu, Samsung terus berusaha memenuhi kebutuhan pasar. Salah satu kuncinya dengan adanya pabrik di Cikarang yang bisa memastikan ketersediaan ponsel. "Service center kami bisa dibilang terbanyak di Indonesia untuk bisa memenuhi kebutuhan after sales," kata Egidius. Marketing Director Polytron, Tekno Wibowo menjelaskan sebagai produksen lokal Polytron punya strategi memberikan kombinasi produk berkualitas dan layanan konten ekslusif. Seperti langganan MU TV gratis selama setahun.


"Target jual kita mencapai nilai yang sama seperti tahun lalu meskipun secara kuantitas turun 5%," kata Tekno kepada KONTAN, Senin (2/10). Menurutnya saat ini pasar sedanng lesu. Serta perubahahan teknologi dari koneksi 3G ke pasar koneksi 4G. Ricky Tanudibrata, Director Business Development PT Aries Indo Global selaku produsen Evercross menyatakan demi menghadapi kompetitor saat ini pihaknya menyiapkan produk baru yang siap diluncurkan bulan ini.

"Saat ini pelanggan lebih mencari ponsel yang berkemampaun tinggi dengan harga terjangkau," kata Ricky kepada KONTAN, Senin (2/10). Kemenperin mencatat, nilai impor ponsel pada 2015 sekitar US$ 2,2 miliar dengan jumlah 37,1 juta unit ponsel, menurun menjadi US$ 773,8 juta dengan jumlah 18,4 juta unit. Sedangkan, untuk jumlah produksi ponsel di dalam negeri sebesar 24,8 juta unit pada 2015, naik menjadi 25 juta unit pada 2016. Saat ini telah berdiri sebanyak 17 manufaktur dalam negeri yang mampu merakit produk telepon seluler, komputer genggam (handheld) dan komputer tablet, antara lain PT. Satnusa Persada, PT. Aries Indo Global, PT. Bangga Teknologi Indonesia, PT. Haier Electrical Appliances, PT. Selalu Bahagia Bersama, dan PT. Hartono Istana Teknologi. Selanjutnya, PT. Samsung Electronic Indonesia, PT. Panggung Electric Citrabuana, PT. Sinar Bintang Nusantara, PT. Sentras Solusi Teknologi, PT. Maju Express Indonesia, PT. Tridharma Kencana, PT. Axioo Indonesia, PT. Adireksa Mandiri, PT. Adi Pratama Indonesia, PT. VS Technology dan PT. Vivo Mobile Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dessy Rosalina