Ini respon pelaku multifinance soal penurunan BBM



JAKARTA. Pada hari Jumat (16/1), pemerintah mengumumkan penurunan harga Bahan Bakar Minyak (BBM), yaitu jenis premium dari harga Rp 7.600 menjadi Rp 6.600, serta jenis solar yang menjadi Rp 6.400 dari semula Rp 7.250.

Kebijakan tersebut pun berdampak pada industri pembiayaan karena sebagian besar multifinance bergerak di pembiayaan otomotif. Ada yang berharap ketentuan tersebut dapat menggenjot pembiayaan, ada pula yang masih pesimistis.

Roni Haslim, Direktur PT BCA Finance mengungkapkan, mereka cukup optimistis terhadap kondisi industri pembiayaan tanah air tahun ini. Salah satunya disebabkan oleh kebijakan pemerintah yang mengoreksi harga BBM.


Apalagi harga minyak dunia pun senantiasa menunjukkan tren penurunan. "Akan lebih baik dari tahun lalu, antara lain karena turunnya harga BBM. Tapi kami juga khawatir dengan kondisi pelemahan rupiah dan makro yang masih tidak menentu," jelasnya.

Lain halnya dengan Jodjana Jody, Direktur Utama PT Astra Sedaya Finance alias ASF. Menurutnya, turunnya harga BBM belum tentu dapat memicu masyarakat untuk membeli kendaraan karena aspek yang lebih berpengaruh untuk menggenjot permintaan produk otomotif adalah situasi ekonomi, politik, suku bunga, hingga jumlah model baru kendaraan yang dipasarkan.

"(Kebijakan BBM) tidak otomatis merangsang orang beli mobil. Tahun ini dari Gaikindo sendiri memprediksikan pasar mobil masih stagnan seperti tahun lalu," tuturnya.

Sehingga, lanjut Jodjana, apabila tahun ini para pelaku multifinance masih fokus pada pembiayaan otomotif, maka dia memproyeksikan bisnis pembiayaan akan sulit untuk bertumbuh. Oleh karena itu, dia menyarankan agar multifinance mendiverisifikasi lini usahanya ke industri yang memiliki potensi lebih baik.

Suwandi Wiratno, Ketua Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia menyambut baik kebijakan pemerintah dalam menurunkan harga Bahan Bakar Minyak. Dengan perubahan tersebut, Suwandi yakin dapat berdampak positif pada industri pembiayaan khususnya otomotif.

Akan tetapi, lanjutnya, peningkatan pembiayaan kendaraan tak akan terlalu signifikan. Pasalnya, mata uang Rupiah juga sedang melemah yang umumnya akan berujung pada kenaikan harga mobil.

"Jadi menurut saya penjualan mobil juga tak akan beda jauh dengan prediksi Gaikindo, tak beda jauh kondisi tahun lalu dan proyeksi hingga akhir tahun ini," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto