Ini Respons Toyota Soal Insentif Mobil Hybrid yang Urung Berlaku



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) menanggapi pernyataan pemerintah yang tidak akan mengucurkan insentif untuk mobil hybrid.

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartanto menyebut bahwa pemerintah memastikan tidak ada perubahan ataupun penambahan kebijakan baru di sektor otomotif Indonesia pada tahun ini.

“Maka untuk otomotif, kebijakannya sudah dikeluarkan. Tidak ada perubahan kebijakan dan tambahan lain,” ujar dia saat konferensi Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II-2024, beberapa hari lalu.


Baca Juga: Begini Harapan Hyundai Kepada Pemerintah Terkait Insentif Mobil Hybrid

Airlangga juga menilai, volume penjualan mobil hybrid hampir dua kali lipat dibandingkan penjualan mobil listrik. Produksi mobil hybrid pun sudah mampu berjalan dengan mekanisme yang ada.

Wakil Presiden Direktur Toyota Motor Manufacturing Indonesia Bob Azam berpendapat, penjualan mobil hybrid memang lebih baik ketimbang mobil listrik.

Namun, hal itu belum cukup untuk menjadikan Indonesia sebagai basis produksi mobil hybrid untuk pasar domestik ataupun ekspor.

Apalagi, pangsa pasar mobil hybrid di Indonesia tetaplah kecil atau kurang dari 10%.

“Ini ditandai masih banyaknya impor model-model HEV (hybrid electric vehicle),” kata Bob, Rabu (7/8).

Dia melanjutkan, mobil hybrid di Thailand juga baru-baru ini mendapat insentif fiskal dari pemerintah setempat. Padahal, penjualan mobil hybrid di sana lebih baik ketimbang Indonesia. Begitu juga dengan China yang memberikan stimulus berupa insentif untuk mobil hybrid.

Baca Juga: Pemerintah Jepang Perintahkan Toyota Perbaiki Kendaraan yang Melanggar Prosedur

Hal demikian perlu didorong juga di Indonesia agar ekosistem elektrifikasi terus berkembang. Insentif mobil hybrid juga bermanfaat untuk mendorong lokalisasi komponen mobil tersebut di Tanah Air.

“Terutama komponen seperti motor, power control unit (PCU), transaxle (poros transmisi), dan baterai yang saat ini masih minim investasi di Indonesia,” imbuh Bob.

Tak ketinggalan, Bob juga berharap pemerintah tetap konsisten mendorong investasi sektor otomotif yang berorientasi pengurangan karbon.

Industri otomotif nasional saat ini sudah cukup maju dan ditandai oleh ekspor yang solid. Namun, ke depannya industri harus bertransformasi kepada produk yang rendah emisi.

“Kalau kita telat beradaptasi, tentu ada risiko kehilangan kesempatan untuk membangun industri yang tidak hanya padat karya saja, melainkan juga berorientasi ekspor dan berteknologi tinggi,” pungkas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto