Ini risiko hamil di bawah usia 20 tahun



Jakarta. Pergaulan yang salah terkadang menyebabkan anak remaja hamil di luar nikah. Tak hanya merugikan masa depan si remaja, hamil di bawah usia 20 tahun juga merugikan kesehatan.

Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, 10% remaja berusia 15—19 tahun di Indonesia telah menjadi ibu. Padahal, hamil di usia tersebut memiliki banyak risiko komplikasi persalinan.

Berikut risiko hamil saat usia kurang dari 20 tahun, menurut Manggala Pasca Wardhana, pengasuh rubrik KEHAMILAN Tabloid Nakita yang terbit, Rabu 23 November 2016.:


- Risiko abortus atau keguguran lebih besar.

Belum siapnya bumil terhadap kehamilannya sangat memengaruhi kondisi ini. Bahkan adolescent pregnancy sangat berhubungan dengan kondisi abortus provocatus criminalis atau usaha melakukan pengguguran tanpa indikasi medis tertentu.

Hal ini tentunya akan semakin membahayakan nyawa bumil belia tersebut dan bahkan dapat menyebabkan berbagai kecacatan di rahim.

- Hipertensi dalam kehamilan.

Gangguan hipertensi dalam kehamilan dan preeklamsia sering terjadi dikarenakan kurangnya kemampuan adaptasi rahim dalam menerima produk konsepsi atau pembuahan. Dampaknya, janin tak diterima secara keseluruhan sehingga menyebabkan kondisi yang sering disebut dengan keracunan dalam kehamilan (preeklamsia).

- Meningkatnya persalinan prematur dan berat badan lahir rendah.

Kondisi ini kerap diakibatkan kurang matangnya alat reproduksi ibu hamil dan kurangnya kepedulian dalam menjaga kehamilan, selain juga dapat diakibatkan berbagai kelainan, semisal, hipertensi dalam kehamilan.

- Berat bayi lahir rendah (BBLR).

Meningkatnya persalinan prematur tentunya akan diikuti dengan kondisi bayi dengan berat badan lahir rendah. Kedua hal ini tentunya dapat berdampak terhadap bayi, baik dalam jangka dekat (mulai gangguan pencernaan hingga pernapasan) maupun jangka panjang (semisal, cerebral palsy, yaitu kelainan permanen pada otak yang memengaruhi perkembangan motorik dan postur tubuh; retardasi mental;dan gangguan tumbuh kembang).

- Ibu mengalami postpartum blues (baby blues).

Kurangnya kesiapan mental serta adaptasi bumil terhadap lingkungan baru dan tanggung jawab baru di kesehariannya setelah melahirkan dapat memicu terjadinya baby blues pada ibu. Pada kondisi ini sering terjadi usaha penelantaran anak dan semacamnya.

- Meningkatkan risiko kematian.

Dengan meningkatnya risiko-risiko yang sudah dijelaskan sebelumnya, tentu pada akhirnya semua risiko tersebut dapat meningkatkan risiko kesakitan dan kematian ibu maupun janin.

Mengapa risiko komplikasi kehamilan dan persalinannya begitu besar? Pasalnya, di bawah usia 20 tahun, perempuan belum siap atau belum cukup matang untuk menghadapi kehamilan.

Ditambah lagi dengan kurangnya pengetahuan ibu usia muda terhadap berbagai persiapan dan evaluasi kehamilan hingga persalinannya. Risiko yang besar juga akan dialami bila ibu hamil di usia tua alias 35 tahun ke atas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Adi Wikanto