KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berfluktuasi kencang pada semester I-2024. Sempat menembus level tertinggi (all time high) di 7.454,44, IHSG terjun ke level 6.700 sebelum berbalik menanjak dan kembali menembus level psikologis 7.000 di akhir Juni. Menutup perdagangan semester I-2024, IHSG melejit 1,37% ke posisi 7.063,57 pada Jum'at (28/6). IHSG tampak mengalami tekanan di separuh pertama 2024. Tergambar dari posisi turun 2,88% saat diakumulasi secara year to date. Indikasi lainnya, dari 11 indeks sektoral di Bursa Efek Indonesia (BEI), hanya ada tiga sektor yang berhasil menguat di semester I-2024. Jawaranya adalah sektor energi yang mampu mengakumulasi penguatan 10,21%. Disusul sektor kesehatan (+4,43%) dan sektor barang baku (+2.63%).
Sedangkan sektor yang terjun paling dalam dialami oleh indeks saham teknologi yang mengalami minus 28,54%. Dibuntuti oleh sektor transportasi dan logistik (-22,61%) serta sektor properti & real estate (-17,13%). Head of Equities Investment Berdikari Manajemen Investasi Agung Ramadoni menyoroti faktor eksternal yang menekan pasar saham. Terutama datang dari ketidakpastian kebijakan bank sentral terkait suku bunga acuan, serta penguatan indeks dolar Amerika Serikat (AS) yang membuat nilai tukar rupiah terus melandai. Situasi cenderung tidak kondusif tersebut bahkan membuat sektor saham yang dinilai defensif ikut melemah, seperti sektor barang konsumsi primer (non-cyclicals) yang mengalami minus 4,43%. "Sektor non-cyclical ikut melemah karena faktor porsi bahan baku impor yang besar, sehingga tekanan dari segi biaya karena rupiah melemah terhadap dolar," kata Agung kepada Kontan.co.id, Mingu (30/6). Baca Juga: IHSG Diproyeksi Menguat di Awal Pekan Ini, Cek Saham Pilihan Analis Head of Research Mega Capital Sekuritas (InvestasiKu) Cheril Tanuwijaya menambahkan, tekanan yang menimpa IHSG dan membuat mayoritas sektor saham tersungkur turut disebabkan oleh arus modal keluar (capital outflow) dari investor asing. Adapun, posisi investor asing mengakumulasi jual bersih (net sell) dengan total Rp 7,72 triliun di semester I-2024. Net sell menyeret saham-saham berkapitalisasi pasar besar (big caps), sehingga menghambat laju IHSG. Sektor saham yang mampu menguat seperti energi dan barang baku terangkat oleh sentimen fluktuasi harga komoditas energi dan tambang. Sementara sektor kesehatan terdorong oleh kenaikan kinerja emiten di kuartal pertama dan prospek bisnisnya. Pengamat & Praktisi Pasar Modal Riska Afriani mengamini faktor eksternal seperti kebijakan moneter yang masih ketat, penguatan dolar AS, hingga capital outflow menjadi penekan IHSG dan mayoritas sektor saham. "Adanya ketidakpastian di pasar menyebabkan investor asing cenderung mencari alternatif investasi dengan risiko yang lebih rendah," kata Riska. Selain itu, Riska mengamati kontribusi dari saham big caps di masing-masing sektor. Dia mencontohkan gerak menanjak duo saham berbobot jumbo, PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) dan PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) yang menopang sektor barang baku. Riska juga menyoroti PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) yang menyetir sektor infrastruktur. Meski sempat tertekan akibat masuk ke papan pemantauan khusus yang diperdagangkan dengan skema Full Call Auction (FCA), BREN mampu mengakumulasi penguatan 34,78% dan menahan laju sektor infrastruktur hanya melemah tipis -1,35%. "Kinerja sektoral dipengaruhi oleh penguatan saham dengan kapitalisasi pasr terbesar di sektornya," imbuh Riska.
Rekomendasi di Semester II
Memasuki semester II-2024, Riska melihat ada potensi terjadi rotasi sektor. Menurut dia, sektor yang menguat pada semester pertama akan cenderung mengalami penyesuaian, mengingat ada beberapa saham dengan market cap jumbo yang sudah menguat di atas nilai wajarnya. Sedangkan untuk sektor yang semula melemah, ada peluang menguat. Katalisnya adalah fundamental ekonomi Indonesia yang masih kokoh, sehingga dana investor asing bisa kembali mengalir (capital inflow). Transisi pemerintahan yang kondusif juga bakal menjadi katalis penting untuk menumbuhkan iklim investasi di pasar modal. Head Customer Literation and Education Kiwoom Sekuritas, Oktavianus Audi turut melihat adanya peluang pergeseran sektor di paruh kedua 2024. Audi sepakat, terbuka peluang terjadi capital inflow pada beberapa sektor yang sebelumnya mengalami koreksi. Di antaranya pada sektor keuangan, infrastruktur, properti dan industri.ADRO Chart by TradingView