KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah emiten memasuki daftar saham dengan kapitalisasi pasar besar (
bigcaps) tahun ini. Analis menilai keberhasilan emiten-emiten tersebut capai
market cap di atas Rp 100 triliun didukung kinerja yang positif. Mayoritas adalah emiten sektor energi dan batubara, yakni PT Bayan Resources Tbk (
BYAN) dengan kapitalisasi pasar sebesar Rp 433,33 triliun. Disusul PT Adaro Energy Indonesia Tbk (
ADRO) sebesar Rp 121,55 triliun, PT Merdeka Copper Gold Tbk (
MDKA) Rp 102,47 triliun, dan PT United Tractors Tbk (
UNTR) sebesar Rp 100,25 triliun. Selain itu, adapula saham dari PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (
AMRT) dengan kapitalisasi pasar sebesar Rp 105,89 triliun. Kemudian ada PT Kalbe Farma Tbk (
KLBF) sebesar Rp 100,78 triliun.
Analis Investindo Nusantara Sekuritas Pandhu Dewanto mengatakan keberhasilan tersebut seiring pertumbuhan kinerja yang signifikan. "Sepanjang tahun ini membukukan lonjakan kinerja yang fantastis berkat tingginya harga komoditas terutama batubara," ujarnya kepada Kontan.co.id, Senin (12/12). Namun ia menilai konsistensi emiten sektor energi bertahan didaftar
bigcaps akan tergantung prospek ke depannya. Apalagi bisnisnya memiliki karakter cyclical sehingga harga yang masih sangat tinggi ini meskipun mendatangkan laba yang besar, tetapi mengandung risiko yang perlu diperhitungkan.
Baca Juga: Mulai Rebound, Simak Proyeksi Pergerakan IHSG Hingga Akhir Tahun 2022 "Sebab, era harga komoditas yang tinggi seperti beberapa bulan terakhir ini akan berlalu juga," katanya. Lebih lanjut, kontraksi ekonomi global dapat memicu koreksi yang lebih cepat. "Jika dilihat dari harga minyak mentah yang beberapa bulan ini juga sudah mulai turun, maka risiko yang serupa juga dapat terjadi pada batubara," sambungnya. Sementara untuk AMRT dan KLBF bisa dikatakan saham dengan model bisnis yang relatif defensif, sehingga ketika dihadapkan dengan potensi kontraksi ekonomi maka relatif dapat bertahan. Dari sisi kinerja juga dinilai cukup baik dengan membukukan pertumbuhan laba positif, lebih baik dari rata-rata historis mereka beberapa tahun terakhir. "Namun secara valuasi sudah agak mahal sehingga potensi
upside-nya akan cenderung terbatas," jelas Pandhu. Di tengah ketidakpastian ekonomi, justru ia menilai saham PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (
CPIN) berpotensi kembali masuk daftar saham
bigcaps. Adapun
market cap CPIN saat ini sebesar Rp 95,52 triliun. "Jadi, apabila harga sahamnya naik di atas Rp 6.100 sudah mencukupi," katanya. Dari seluruh emiten
bigcaps, Pandhu menilai saham yang menarik untuk dicermati adalah perbankan, seperti BBCA, BBRI, BMRI dan BBNI. Sepanjang tahun ini membukukan pertumbuhan kinerja yang luar biasa kuat, maka tidak mengherankan jika mereka bisa mencapai level
all time high kembali.
"Koreksi yang terjadi belakangan ini bisa menjadi peluang yang dapat dimanfaatkan untuk
buy on weakness," katanya. Saham lain yang juga menarik adalah ASII dan TLKM yang telah terkoreksi cukup dalam, terseret sentimen negatif dari kerugian investasi di GOTO. Sedangkan secara kinerja operasional masih sangat kuat, sehingga kerugian dari GOTO tidak akan terlalu signifikan. "Rekomendasi kami
buy on weakness untuk keenam saham tersebut, bisa dicicil dulu sambil menunggu tekanan jual di pasar mereda. Momen
window dressing akhir tahun juga diharapkan dapat segera datang dan kembali mendorong saham-saham
bigcaps menguat seperti yang terjadi pada pola kebiasaan sebelumnya," imbuhnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari