Ini saham yang bikin tiga sektor jeblok (2)



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus mencetak rekor baru pada bulan ini. Di tengah rekor, ada tiga sektor yang masih turun sejak awal tahun. Ketiga sektor ini adalah sektor perkebunan yang turun 4,97% secara year to date, sektor properti yang turun 1,29%, dan sektor aneka industri 0,51%.

Properti

Sama seperti sektor perkebunan, enam dari 10 saham dengan bobot terbesar di sektor ini mencatat penurunan harga. Penurunan sektor ini lebih tipis karena tiga saham dengan bobot tertinggi mencatatkan kenaikan harga secara year to date.


Tiga saham dengan bobot terbesar adalah saham PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) yang harganya naik 0,57% ytd, PT Metropolitan Kentjana Tbk (MKPI) yang harganya melonjak 35,53%, dan PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) dengan kenaikan harga 14,16%.

Franky Rivan, analis Mirae Asset Sekuritas dalam riset 31 Oktober menyebut pendapatan pada kuartal ketiga masih tinggi. Penjualan properti mencapai Rp 1,26 triliun dengan marketing sales Rp 2,28 triliun. 

"Kami memperkirakan BSDE akan mencatatkan marketing sales Rp 2,28 miliar pada tiga bulan terakhir tahun ini dengan laba bersih Rp 271 miliar. Dia merekomendasikan buy saham BSDE dengan target harga Rp 2.210 per saham.

Saham Bobot (%) % ytd
BSDE 7,98    0,57
MKPI 7,83  35,53
PWON 7,28  14,16
WSKT 7,15 -13,33
CTRA 5,37   -8,24
WIKA 4,26 -14,41
TOPS 4,24 -
PTPP 4,23 -23,62
LPKR 3,55 -10,42
SMRA 3,49 -22,26
Sumber: Bloomberg    
Satu lagi emiten dengan kenaikan harga yang wah adalah PT Totalindo Eka Persada Tbk (TOPS) emiten yang baru melantai 16 Juni 2017 ini langsung merangsek sebagai emiten dengan bobot terbesar keenam di sektor properti dan konstruksi. Harga saham TOPS hingga hari ini sudah naik 373% sejak IPO.

Sedangkan enam saham properti dengan bobot jumbo lainnya mencatat penurunan harga dobel digit. Dari enam emiten, tiga di antaranya adalah saham emiten konstruksi BUMN. 

Harga saham PT Waskita Karya Tbk (WSKT) yang melorot 13,33% sejak awal tahun. Harga saham PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) turun 14,41%, dan harga PT PP Tbk (PTPP) melorot 23,62%.

Emiten konstruksi pelat merah memang sedang diuntungkan oleh berbagai proyek infrastruktur pada pemerintahan Presiden Joko Widodo. Di sisi lain, ada kekhawatiran pendanaan untuk jangka pendek.

Arief Budiman, analis Ciptadana Sekuritas, dalam riset 14 September lalu menyebut, WSKT mengungkapkan bahwa penjualan aset tol masih ditunda karena belum ketemu pembeli 10 ruas tol. Waskita menjual ruas tol ini untuk mencari pendanaan bagi proyek infrastruktur lainnya.

Arief mengatakan, penundaan ini memicu kekhawatiran atas WSKT dalam jangka pendek. WSKT bilang akan melanjutkan divestasi 10 tol ke tahun depan. "Tapi, rendahnya permintaan atas tol ini menimbulkan kekhawatiran atas pendanaan WSKT selanjutnya," ungkap Arief.

Arief memangkas prediksi laba WSKT dan target harga emiten BUMN ini. Dia memangkas proyeksi laba WSKT tahun depan menjadi Rp 2,91 triliun. Arief pun menurunkan target harga WKST dari Rp 3.200 menjadi Rp 2.600 per saham. Tapi, Arief masih memandang positif prospek dua emiten BUMN lain, yakni WIKA dan PTPP.

Bersambung ke sektor aneka industri (3)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati