JAKARTA. Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo menyatakan, bank sentral masih mempertahakan arah kebijakan moneternya ke depan, yaitu berada pada posisi netral. Agus mengatakan, hal tersebut dilakukan dengan mencermati beberapa hal. Pertama, keinginan pemerintah untuk menyesuaikan harga bahan bakar minyak (BBM) terkait dengan kenaikan harga minyak mentah. Sebab, pemerintah berkomitmen untuk tidak melakukan penyesuaian harga BBM di semester pertama tahun ini. "Kami ikuti data Mei dan Juni sampai Juli," kata Agus dalam konferensi pers di kantornya, Kamis (18/5). Kedua, kondisi dari luar negeri mengenai kelanjutan kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau Fed Fund Rate. Agus mengatakan, kemungkinan besar kenaikan Fed Fund Rate terjadi di Juni mendatang. The Fed kata Agus, juga berpeluang mempercepat kenaikan Fed Fund Rate di Desember menjadi di September mendatang. Ketiga, pihaknya masih mengkaji kebijakan fiskal dan perdagangan AS yang akan berdampak pada ekonomi dunia. Keempat, pihaknya juga masih mencermati rencana pengurangan neraca The Fed yang berdasarkan komunikasinya akan dilakukan mulai akhir tahun ini. "Tetapi hal-hal ini bisa dipercepat karena di AS konsumsi dan investasinya baik dan lapangan kerjanya berkembang dengan baik." tambah Agus. Pihaknya meyakini stabilitas sebagai dasar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan. Menurutnya, bank sentral juga akan menjaga stance kebijakan moneter yang konsisten. "Untuk menjaga sasaran inflasi (sebesar 4% plus minus 1% pada tahun ini) bisa kami capai," katanya. Di sisi lain, pihaknya juga memperkenankan kurs rupiah bergerak fleksibel dengan tetap mencerminkan nilai fundamentalnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Ini sebab BI belum ubah stance kebijakan moneter
JAKARTA. Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo menyatakan, bank sentral masih mempertahakan arah kebijakan moneternya ke depan, yaitu berada pada posisi netral. Agus mengatakan, hal tersebut dilakukan dengan mencermati beberapa hal. Pertama, keinginan pemerintah untuk menyesuaikan harga bahan bakar minyak (BBM) terkait dengan kenaikan harga minyak mentah. Sebab, pemerintah berkomitmen untuk tidak melakukan penyesuaian harga BBM di semester pertama tahun ini. "Kami ikuti data Mei dan Juni sampai Juli," kata Agus dalam konferensi pers di kantornya, Kamis (18/5). Kedua, kondisi dari luar negeri mengenai kelanjutan kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau Fed Fund Rate. Agus mengatakan, kemungkinan besar kenaikan Fed Fund Rate terjadi di Juni mendatang. The Fed kata Agus, juga berpeluang mempercepat kenaikan Fed Fund Rate di Desember menjadi di September mendatang. Ketiga, pihaknya masih mengkaji kebijakan fiskal dan perdagangan AS yang akan berdampak pada ekonomi dunia. Keempat, pihaknya juga masih mencermati rencana pengurangan neraca The Fed yang berdasarkan komunikasinya akan dilakukan mulai akhir tahun ini. "Tetapi hal-hal ini bisa dipercepat karena di AS konsumsi dan investasinya baik dan lapangan kerjanya berkembang dengan baik." tambah Agus. Pihaknya meyakini stabilitas sebagai dasar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan. Menurutnya, bank sentral juga akan menjaga stance kebijakan moneter yang konsisten. "Untuk menjaga sasaran inflasi (sebesar 4% plus minus 1% pada tahun ini) bisa kami capai," katanya. Di sisi lain, pihaknya juga memperkenankan kurs rupiah bergerak fleksibel dengan tetap mencerminkan nilai fundamentalnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News