Ini Sebab Harga Emas Antam Naik Lebih Tipis Ketimbang Harga Emas Global



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasca pernyataan dovish oleh Ketua Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell tentang pemangkasan suku bunga acuan telah mendekati waktunya, harga emas sempat spot mengalami lonjakan. Namun, sentimen tersebut tidak berpengaruh signifikan ke harga emas Antam.

Tengok saja situs Logam Mulia, harga pecahan satu gram emas Antam pada hari ini (29/8) berada di Rp 1.412.000. Harga ini lebih rendah Rp 21.000 dari harga pada awal bulan Agustus (1/8) yang berada level Rp 1.433.000 ketika Powell belum memberikan pernyataan dovish.

Analisa Pasar Mata Uang Lukman Leong mencermati, penguatan rupiah menjadi faktor yang membuat harga emas Antam tidak ikut melonjak. Ini karena emas Antam dijual dalam mata uang rupiah, sementara harga emas global dipatok dalam dolar Amerika Serikat.


Sehingga saat nilai rupiah lebih kuat, maka harga emas dalam dolar bisa didapatkan dengan lebih sedikit rupiah. Ini mengakibatkan nilai jual emas Antam menjadi lebih rendah.

Baca Juga: Harga Emas Spot Naik ke US$2.516,63 pada Kamis (29/8) Sore

"Rupiah telah menguat hampir Rp 1.000 atau sekitar 6% sejak awal bulan, sedangkan emas dunia hanya naik kurang dari 3%. Jadi secara rupiah, harga emas Antam seharusnya memang turun sekitar 3%," kata Lukman kepada kontan.co.id pada Kamis (29/8). 

Tidak jauh berbeda, Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo juga menilai pernyataan dovish Powell pekan lalu membuat dolar melemah. 

"Itu telah menjadi katalis bagi penguatan rupiah, sehingga meski harga emas spot naik tetapi nilai tukar rupiah menjadi lebih kuat. Hal inilah yang mempengaruhi harga emas Antam," kata Sutopo. 

Baca Juga: Sebulan Harga Emas Antam Naik 0,71%, Hari Ini Meningkat Tipis (29 Agustus 2024)

Sampai akhir tahun nanti masih ada sejumlah sentimen yang akan memengaruhi pergerakan emas, misalnya pemotongan suku bunga, pemilu AS, outlook ekonomi yang lebih rendah dan konflik perang. Sutopo menilai hal itu berpotensi membuat harga emas naik dan mengerek harga emas Antam. 

Pengamat komoditas dan Founder Traderindo.com. Wahyu Tribowo Laksono mengungkapkan, meskipun harga emas masih konsolidasi tetapi emas Antam juga berpotensi melanjutkan tren bullish. 

"Emas Antam cenderung lebih unggul dibandingkan emas global karena dipengaruhi rupiah dan harga emas global. Jika dolar melemah, emas Antam dapat naik seiring dengan kenaikan harga emas global," kata Wahyu. 

Sebaliknya, jika dolar menguat dan harga emas global melemah maka emas Antam masih berpotensi naik karena melemahnya rupiah membuat emas Antam berfungsi sebagai lindung nilai terhadap Dolar. 

Baca Juga: Harga Emas Menguat, Hanya Selisih Tipis dari Rekor Tertinggi

Apalagi Wahyu memprediksi rupiah masih rentan pelemahan dalam jangka panjang, dan jangka menengahnya masih akan bergerak di atas Rp 15.000. Dengan analisa ini, Wahyu memprediksi emas Antam akan ada di kisaran Rp 1,5 juta per gram hingga Rp 1,6 juta per gram. Ia juga merekomendasikan buy on weakness untuk logam mulia ini. 

Sutopo memprediksi untuk harga Logam Mulia ini akan berada di kisaran Rp 1,5 juta per gram. Dia mengatakan untuk bulan September secara siklus tahunan dalam 1 dekade adalah masa penurunan. Sehingga pada akhir September baru layak dipertimbangkan pembelian emas. 

Di sisi lain Lukman mengatakan ada kemungkinan harga emas Antam bisa di level Rp 1.500.000 per gram. Prediksi ini menggunakan asumsi kurs saat ini dan harga emas dunia yang berpotensi naik sekitar 8% atau US$ 200 ke level US$ 2.700 per ons troi.

Tetapi, jika penguatan rupiah terus berlanjut hingga 8% maka harga emas Antam tidak akan berubah. Menurut dia, rupiah sebenarnya masih berpotensi menguat ke Rp 15.000 sehingga kemungkinan harga emas Antam pada akhir tahun akan berkisar Rp 1,48 juta per gram.

Oleh sebab itu, Lukman menyarankan bagi investor yang ingin berinvestasi emas bisa masuk mulai sekarang. Sebab untuk jangka panjang, harga emas Antam masih akan berada di tren bullish. Saat harganya tinggi, investor bisa menjual.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati